"Semua negara ASEAN ikut kecuali Laos dan Kamboja karena ada kendala," ujar Direktur ALF 2014, Abdul Khalik saat jumpa pers di Hong Kong Cafe, Jakarta Pusat, Rabu (12/3/2014).
Menurutnya, negara di Asia Tenggara yang tergabung dalam Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) memiliki kesamaan dalam hal sastra dan budaya. Di antaranya mengalami masa penjajahan, ekonomi, bahasa, dan sebagainya.
Alasan itu yang menjadi digelarnya ALF oleh Yayasan Muara dengan dukungan dari Hivos dan Kementerian Luar Negeri. Negara yang akan mengikutinya yakni dari Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Myanmar, Vietnam, Timor Leste, China, Korea Selatan, Inggris, Australia dan Belanda.
"Mereka ada yang saya hubungi personal tapi ada juga yang melalui bantuan dari Kemenlu," kata Abdul. Serta akan dihadiri sekitar 40 penulis dan pecinta sastra tanah air.
Di antaranya, dari Aceh akan ada penulis Arafat Nur dengan novel 'Lampuki' yang memenangkan Khatulistiwa Literary Award pada 2011 lalu. Lalu Dicky Senda asal Kupang yang membuat karya 'Cerah Hati' (2011).
Penulis dari Papua pun turut hadir. Ia adalah Aprilia Wayar yang populer dengan karya 'Novel dari Tanah Papua: Mawar Hitam Tanpa Akar' dan 'Dua Perempuan'.
Abdul juga menyebutkan jika hingga kini sudah ada 600 orang yang mendaftar untuk menghadiri berbagai workshop di ALF 2014. "Kami mengharapkan akan ada 5000an orang yang datang ke ALF selama dua hari itu," katanya.
Di hari pertama festival, akan diadakan workshop 'Beyond Poetry Reading' dan malamnya akan dibuka oleh berbagai penampilan. Sepeti tarian kolosal oleh Nartana Buddhaya dan kuliah umum oleh penulis asal Filipina, Pete Lacaba.
(tia/utw)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
