'This Is... Icona Pop': Sisi Gelap Duo Skandinavia

Jakarta - Mereka adalah Caroline Hjelt dan Aino Jawo, dua wanita patah hati yang bertemu di sebuah pesta 4 tahun lalu. Pertemuan singkat itu tanpa mereka sadari berubah menjadi sebuah persahabatan yang melahirkan 'I Love It' pada 2012, sebuah soundtrack masif yang terus terdengar sepanjang tahun ini. Lagu ini bagai virus ganas ketika muncul di serial 'Girls', merambat ke 'Glee', meracuni Samsung untuk menjadikannya theme song iklan Galaxy S IV, dan Coca-Cola juga memakainya untuk sebuah iklan di televisi Jerman.

Icona Pop, itulah sebutan persahabatan mereka. Duet maut ini berasal dari Swedia, tapi nama "Icona Pop" berasal dari bahasa Italia, berarti 'Ikon Pop' yang diusulkan oleh ibu Caroline. Dan betul saja, mereka benar-benar jadi ikon pop dunia di tahun ini. Dengan musik dansa enerjik, Icona Pop mengangkat kembali popularitas duo wanita seperti yang pernah diciptakan oleh M2M dan T.A.T.U di awal dekade 2000-an. Mereka telah bekerja keras selama 4 tahun untuk meluncurkan album debat internasional mereka. Ya, mungkin sekarang memang waktu yang tepat untuk berkata, "Please welcome, This is..."


Namun, berhati-berhatilah karena setengah awal dari album ini akan membuat telinga Anda merah. Dimulai dengan hits terpopuler 'I Love It' yang terdengar menyenangkan, namun jika disimak lebih dalam, sedang menyerukan kemarahan. "I crashed your car into a bridge. I don't care, I love it! Kemudian, 'All Night' dan 'We Got The World' yang terdengar agak loudness. Namun semua itu belum ada apa-apanya sampai Anda mendengar bunyi "Bang! Bang!" yang memekakkan telinga di lagu semi-dub-step berjudul 'Ready for The Weekend'. Atau Anda akan lebih menyukai "Na-na! Na-na!" yang membuka 'Girlfriend' yang dirilis sebagai single pertama 'This Is... Icona Pop' sejak Juni.


Setelah itu, Icona Pop memberikan bagian yang saya sebut sebagai "sisi gelap skandinavia" mereka. Mulai dari track keenam berjudul 'In The Star' hingga nomor wahid 'Hold On' dan 'Light Me Up' memberikan pilihan yang lebih beragam. Ketika waktunya cool down, Icona Pop masih sempat memasukkan semi-ballad 'Just Another Night'. But, always save the best for the last, sebuah elektro-punk (ya, saya menjulukinya seperti itu) berjudul 'Then We Kiss' akan memberikan kesan yang mendalam. Teriakan "Then! We! Kiss!" jadi penutup yang cukup menohok.


Banyak yang beranggapan bahwa fenomena Icona Pop mirip dengan kisah Carly Rae Jepsen dan 'Call Me Maybe'-nya (bedanya tidak ada Justin Bieber kali ini). Namun, materi di album 'This Is... Icona Pop' tidak semua terdengar sebagai album terusan 'I Love It'. Harus diakui, setengah awal mereka memang seperti itu. Tapi setidaknya mereka terselamatkan dengan pemilihan lagu yang tepat untuk setengah tracklist berikutnya.


Rendy Tsu (@rendytsu) music director, album reviewer dan music editor.


(mmu/mmu)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!