Digital Archipelago adalah start up yang berfokus utama dalam hal digitalisasi sastra Indonesia melalui produksi dan distribusi buku audio berbahasa Indonesia dan daerah. Serta mengaudiokan karya sastra Indonesia ke dalam bahasa-bahasa dunia lainnya.
Hristina menjelaskan jika bulan depan akan diluncurkan buku audio edisi kedua adalah puisi Goenawan Mohamad. Kemudian, novel Putu Wijaya, kumpulan esai, dan karya lainnya.
"Rencananya akan diaudiokan juga ke dalam bahasa Inggris dan Jerman," jelasnya. Pasalnya, menurut Hristina karya sastra Indonesia juga memiliki penggemar di Amerika Serikat, Eropa, dan negara lainnya.
Selain itu, Digital Archipelago juga akan mendigitalisasi karya sastra 'Pengakuan Pariyem' karya Linus Suryadi AG, lalu 'Saksi Mata, Jazz, Parfum, dan Insiden' serta 'Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara' karya Seno Gumira Ajidarma.
Wanita asal Serbia yang sudah tinggal di Indonesia selama 12 tahun ini juga mengatakan jika sejak kuliah mengambil jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2003, ia sudah menyukai membaca karya sastra klasik. "Khususnya Ronggeng Dukuh Paruk," katanya.
Menurutnya, di dalam novel trilogi tersebut terdapat kenyataan sejarah bangsa Indonesia, dan masih banyak orang yang belum mengetahuinya. Serta banyaknya warga dari luar Indonesia yang ingin mudah mengaksesnya.
"Sejak dua tahun lalu kami sudah bicarakan karya-karya sastra mana saja yang akan digitalisasi, kami cari siapa ahli linguistik, tata musiknya agar ketika orang mendengarnya seperti membaca adegan," ujar Hristina.
(tia/bar)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!