Masalah Khas Zaman Kontemporer Dalam Seni Klasik

Jakarta - Bisa dibilang seiring perkembangan zaman, maka berkembang juga problema yang dihadapi manusia yang hidup di era kontemporer ini. Misalkan perilaku narsis yang jadi meningkat karena mudahnya mengakses kamera.

Belum lagi kebiasaan texting ketika sedang berinteraksi dengan orang-orang di saat yang bersamaan. Serta adanya persoalan dunia seperti pemanasan global dan pelestarian lingkungan hidup.


Kontras akan muncul ketika kita bandingkan dengan zaman klasik, di mana saat itu seni Renaissance juga Baroque seringkali melukiskan kisah mitologi, cinta dan juga perangnya para dewa-dewi.


Nah, supaya relevan seorang seniman asal Brooklyn, Kathleen Gilje membuat perkawinan antara seni lukis gaya klasik yang memuat sosok dewa-dewi atau pemimpin penting dengan persoalan yang lazim di era kontemporer.



Gilje sendiri memang memiliki latar belakang studi seni Italia abad 16 dan 17. Tak heran gambar-gambarnya begitu indah seperti mahakarya pada zaman dulu. Ia banyak terpengaruh dengan gaya lulis dari seniman Artemisia Gentileschi dan Anthony van Dyck, untuk menangkap esensi gerakan dan tekanan kuas mereka. Karya seninya ini ia pertimbangkan sebagai sebuah restorasi kontemporer.


Dalam karya Gilje yang berjudul 'The Birth of Tragedy', ia mengembalikan karya dari Giuseppe de Ribera tahun 1626 berjudul 'Drunken Silenus' dalam versi kekinian. "Saya mengingat lukisan itu dalam semua detail terbaiknya," kata Gulje dilansir dari Huffington Post (21/1/2014).


"Dalam lukisan ini, sebenarnya adalah potret diri saya sendiri dengan tambahan telinga yang tajam dan tengah meminum wine. Tato di karya The Birth of Tragedy ini mengacu pada karya pemikiran Nietzsche."


(ass/utw)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!