'Silver Linings Playbook': Kita adalah Orang-orang yang Menderita

Jakarta - Ada banyak alasan kenapa Anda harus menonton film ini. Nama sutradara David O. Russel adalah salah satunya. Pemain-pemainnya yang sudah jelas kualitasnya seperti Robert De Niro dan Jacki Weaver bisa jadi alasan kedua. Alasan ketiga mungkin Bradley Cooper yang sempat dinobatkan sebagai The Sexiest Man Alive versi People pada 2011. Atau, mungkin alasan terakhir (dan bisa jadi alasan utama) adalah untuk menengok akting Jennifer Lawrence yang memenangkan Oscar pertamanya lewat film ini.

Pat adalah seorang guru yang menderita bipolar dan baru saja keluar dari rehabilitasi. Ibunya , Dolores (Jacki Weaver) berusaha keras untuk memberikan lingkungan yang nyaman kepadanya. Dolores terus mengingatkannya untuk meminum obat, memasak makanan yang enak, menyiapkan handuk untuk mandi. Sang ayah, Pat Sr. (Robert De Niro) mencoba melakukan hal yang sama dengan cara yang berbeda. Obsesinya pada Philadelphia Eagles dan hasratnya untuk memaksa Pat menonton pertandingan bersamanya membuat Pat semakin jengah dengan keadaan rumah orangtuanya.


Tapi, Pat tak punya pilihan untuk meninggalkan rumah. Istrinya telah pergi dan masih melarang Pat untuk menemuinya. Terutama setelah Pat memukuli selingkuhan istrinya yang membuatnya harus masuk ke rehabilitasi.


Keadaan menjadi mulai semakin menarik ketika Tiffany (Jennifer Lawrence) masuk ke frame. Tiffany, seperti halnya Pat, adalah seorang pengangguran. Tiffany baru saja kehilangan suaminya yang meninggal dunia. Tiffany mengatasi kesedihannya dengan meniduri… siapa saja!


Pat yang merasa dirinya masih cinta dengan mantan istrinya merasa risih ketika Tiffany terus mengejarnya. Sampai kemudian Tiffany menawarkan diri untuk menjadi kurir pesan antara Pat dan mantan istrinya dengan imbalan Pat harus menjadi partner tarinya untuk sebuah kontes. Pat menerima tawaran ini dan kegilaan baru saja dimulai.


Bagi Anda yang familiar dengan film-film David O. Russel seperti 'Three Kings', 'I Heart Huckabees' atau 'The Fighter', pasti tahu bahwa sutradara tersebut bukanlah jenis orang yang kenal kompromi. Hal itu jelas masih terlihat dalam karya terbarunya ini. Diadaptasi dari buku Matthew Quick dengan judul sama, 'Silver Linings Playbook' akan membuat Anda tertawa dengan humornya yang tajam, sadis bahkan terasa ngilu di dada.


Ini pekerjaan yang tidak mudah. Terutama karena Russel mengangkat tema tentang mental illness yang dibungkus dalam benang komedi. Salah melakukannya Russel bisa dihujat sejuta umat. Tetapi jika dibuat dengan benar, penonton bisa tertawa dan merenung dalam momen yang bersamaan ketika melihat Pat dan Tiffany berlari bersama.


Sepanjang film, Russel memaksa penonton untuk melihat karakter-karakternya dengan kamera yang berjalan mendatangi wajah para aktor-aktornya. Efeknya, penonton merasa agak disorientasi namun bisa melihat dengan jelas isi hati mereka melalui ekspresi dan sinar dalam mata mereka.


Dan, semua itu tak akan berhasil tanpa dibantu dengan aktor-aktor yang hebat. Robert De Niro yang sudah lama tidak bermain cemerlang, kembali menunjukkan kehebatannya sebagai Pat Sr. Obsesinya terhadap sesuatu tidak pernah terasa dibuat-buat. Jacki Weaver (masuk nominasi Oscar kategori aktris pendukung terbaik untuk perannya di film ini) sebagai Dolores akan membuat Anda jatuh cinta dan kasihan kepadanya pada saat yang bersamaan.


Bradley Cooper adalah kejutan. Lebih terkenal dengan karakter konyolnya dalam film seperti 'Wedding Crashers' atau seri 'The Hangover', kali ini ia berhasil menampilkan sosok pria yang bermasalah tapi tidak membuatnya hiperbolik. Setiap kali dia mengalami momen manic atau ketakutan, Cooper melakukannya dengan porsi yang pas sehingga tidak membuatnya menjadi karakter yang liar.


Kemenangan Jennifer Lawrence di Oscar beberapa hari yang lalu memang masih bisa diperdebatkan. Tapi, di umurnya yang ke-23 tahun ini ia telah membuktikan diri sebagai salah satu aktris paling berbakat di generasinya. Ada sebuah energi yang tak terbendung setiap kali Jennifer Lawrence memasuki frame. Ia tidak hanya berhasil menjadi karakter yang liar, seenaknya sendiri dan seksi tapi juga rapuh dan lemah. Dan, semua itu berhasil kita tangkap hanya dengan satu kali menatapnya.


'Silver Linings Playbook' memang masih produk yang sangat formula-ic dengan ke-Hollywood-annya. Terutama bagian akhir film yang menjadi klimaksnya. Tapi, film ini berhasil menunjukkan kepada penonton bahwa kita semua sama. Kita adalah makhluk-makhluk yang menderita, dan cinta mungkin adalah salah satu obatnya. 'Silver Linings Playbook' seperti halnya Pat dan Tiffany, melakukan semua itu dengan kerja keras, menjadikannya sebagai salah satu romantic comedy paling berkesan tahun ini.


Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta


(mmu/mmu)