"Terserah masyarakat berekspresi seperti apa, kalau dulu itu mirip-mirip di luar negeri kayak 'Harlem Shake'. Itu kan bebas mau gerak gimana. Nah, itu juga hampir seperti itu. Kalau lihat di Youtube gerakannya, gayanya beda-beda," papar Udjo ditemui detikHOT di Jakarta Selatan.
"Kalau joget yang lain memang ada bentukan khusus dari Caisar-nya biar masyarakat bisa ngikutin," lanjut Udjo.
Joget suka-suka ala Caesar mulai digandrungi banyak orang sejak 'YKS' mengudara pada Ramadan 2013 lalu. Tapi, joget tersebut mengalami evolusi setelah banyaknya lagu yang dimainkan di acara tersebut.
Gerakan joget yang paling menuai perhatian adalah joget dengan iringan lagu 'Oplosan' yang dikomandoi Soimah. Namun, seiring joget tersebut membawa 'YKS' makin digemari, ternyata juga menuai protes dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Goyangan itu dianggap memiliki unsur erotis hingga akhirnya harus dimofikasi. Tim YKS pun mengubah konsep gerakan joget tersebut. Yang jelas, udjo menandaskan, pihaknya hanya ingin menghibur masyarakat.
"Tujuan kan menghibur orang banyak, tapi mungkin ada beberapa yang merasa nggak terhibur, tapi itu bukan artinya kita nyuekin. Kita tetap melihat ke dalam, ini kurangnya apa. Kita berusaha memberikan yang terbaik," tutur Udjo seraya menambahkan bahwa protes dari masyarakat merupakan bentuk perhatian.
"Berarti kita kan dilihat. Sebenarnya mereka peduli," nilai Udjo.
(kmb/mmu)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!