'Warm Bodies': Kala Zombie Jatuh Cinta

Jakarta - R (Nicholas Hoult) tinggal di bandara. Kulitnya pucat, ada bekas luka di wajahnya, susah untuk berbicara, cara berjalannya pelan dan agak sempoyongan. Itu karena R adalah 'seorang' zombie. Seperti layaknya zombie, R bersama kawan-kawannya bertahan hidup dengan memangsa manusia. Di zaman yang serba susah itu, para zombie harus bekerja sama agar mereka tetap menjaga isi perut mereka. Kalau tidak, mereka akan berakhir menjadi The Boneys, tulang-belulang yang benar-benar sudah tidak bisa diselamatkan.

Suatu hari bersama sahabatnya, M (Rob Corddry), R bertemu dengan seorang perempuan yang bersama teman-temannya sedang mencari obat-obatan. Julie (Teresa Palmer) nama perempuan itu, memiliki pesona yang begitu kuat sehingga R menginginkannya untuk bersamanya tanpa ada keinginan untuk memangsanya.


Dibawanya Julie ke sebuah pesawat terbengkalai di sebuah bandara yang oleh R disebut sebagai rumahnya. Julie pada awalnya ketakutan setengah mati pada R tapi begitu mengenal lebih dekat, Julie pun menyadari bahwa R bukanlah zombie biasa.


Tibalah saat bagi Julie untuk pulang ke markasnya dan berpisah dengan R. Baik Julie dan R merasa kehilangan. Dan R yang menyadari bahwa dirinya berubah dan jatuh cinta kepada Julie memutuskan untuk mengubah takdir mereka.


'Warm Bodies' adalah produk terbaru Hollywood yang diadaptasi novel young-adult best-seller milik Isaac Marion. Didistribusikan oleh Summit Entertainment yang juga merilis franchise The Twilight Saga, agak susah untuk tidak membandingkan keduanya. 'Warm Bodies' dan The Twilight Saga memiliki premis yang sama yaitu kisah cinta terlarang. Tokoh prianya sama-sama memiliki kulit pucat. Tokoh wanitanya mempunyai wajah yang lumayan mirip (banyak yang membandingkan Teresa Palmer dan Kirsten Stewart). Dan, kedua film ini juga menawarkan romansa dengan nuansa fantasi yang pasti digemari oleh para remaja.


Namun, 'Warm Bodies' memiliki kekuatan lebih ketimbang The Twilight Saga. Jonathan Levine yang menyutradarai dan mengadaptasi skrip film ini dari novel karya Isaac Marion tahu benar bagaimana membuat 'Warm Bodies' jauh lebih menghibur. Narasi R cukup kocak untuk membuat penonton terbahak-bahak. Kekikukan R menghadapi Julie, dan bagaimana caranya untuk menunjukkan perasaannya adalah sebuah alasan kenapa 'Warm Bodies' patut ditonton.


Jonathan Levine sedikit mengubah resolusi filmnya dari sumbernya. Versi bukunya jauh lebih kompleks dan melibatkan banyak karakter. Belum termasuk politik di dalam stadium yang didiami Julie dan keluarganya. Sementara versi filmnya jauh lebih sederhana dan jauh lebih romantis. Keputusan yang membuat karakter yang diperankan John Malkovich dan Analeigh Tipton berkurang porsinya jika dibandingkan dengan versi bukunya.


Nicholas Hoult berhasil membawakan peran R dengan baik. Selama hampir dua jam, Hoult berhasil membuat kita bersimpati dengan karakternya. Walaupun chemistry Teresa Palmer dan Nicholas Hoult lumayan asyik, namun Teresa Palmer kurang begitu total. Sebagai karakter yang seharusnya menjadi poros cerita, Teresa Palmer bermain terlalu biasa-biasa saja. Sementara itu Rob Corddry dan Analeigh Tipton berhasil menjadi karakter yang dinantikan karena kelucuan mereka.


Seperti bukunya yang penuh dengan referensi musik, 'Warm Bodies' juga dipenuhi dengan musik dari berbagai generasi. Music supervisor Alexander Patsavas menampilkan mulai dari Bob Dylan, Guns and Roses, Bruce Springsteen sampai M83.


'Warm Bodies' memang bukanlah film yang istimewa. Pun bukan film remaja yang membuat terobosan. Ini hanyalah salah satu adaptasi novel remaja awal dewasa yang berhasil menyampaikan kisah cintanya yang unik. Dan dibandingkan dengan film-film sejenis ('Red Riding Hood', 'Snow White and the Hutsmen', 'Mirror Mirror'), 'Warm Bodies' memiliki kekuatan yang berlebih dan namanya adalah R.


Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta


(mmu/mmu)