Sang vokalis, Lukman Laksmana atau dikenal dengan nama panggung Buluk, menjadi personel yang berperan utama untuk menghasilkan lirik-lirik serta musik cadas mereka selama 10 tahun ini. Sebut saja 'Tidurlah', 'Nakal', 'Satu', 'D'Allays','Rajah Sayap Malaikat' sampai lagu-lagu di album terbarunya seperti 'Hanya Maut Yang Bisa', 'Berandalan Ibukota', 'Memori' dan banyak lagi.
Dari sekian banyak hits Superglad, ternyata Buluk tidak menciptakannya melaui proses menyendiri, melainkan lebih sering secara spontan ketika mereka berada di dalam studio.
"Kebanyakan lirik-lirik itu gue bikin ketika kita semua sudah ada di studio. Jadi sampai studio gue kasih basic musiknya, habis itu gue nyanyi dulu pakai bahasa ikan," tuturnya kepada detikHOT dalam wawancara di Kanntor Demajors di Kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan.
'Bahasa ikan' yang dimaksud Buluk adalah bernyanyi tanpa kata-kata yang jelas, untuk mendapatkan pola lirik yang sesuai dengan aransemen musik.
"Pas udah dapet mau nyanyi gimana, baru gue tulis liriknya langsug di studio. Karena gue bukan tipe orang yang harus ada inspirasi dulu. On the spot aja. Lagi rame-rame atau lagi lihat apa, kayanya seru nih buat ditulis, gue tulis," lanjutnya.
Setelah semuanya jadi, barulah para personel Superglad lainnya mengembangkan musik punk rock ala mereka yang akhirnya dapat dinikmati.
Dalam perjalanan kariernya, grup yang baru saja merilis album bertajuk 'Berandalan Ibukota' itu tidak pernah terlalu ngotot. Malah, 'mood' menjadi juru kunci utama jika akan sedang dalam proses pengumpulan materi.
"Nggak ada target-target tiap tahun harus rilis album, harus konser tunggal. Kita tergantung mood-nya saja. Kalau lagi mood bikin album, hayuk langsung sikat," tandas Buluk lagi.
(hap/mmu)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!