Paduan warna yang cerah juga memberikan aura yang baik di dalam ruangan pameran ini. Rob Pruitt bahkan menampilkan seratusan karyanya yang dibentul panel dan memberi kesan seperti toko permen kesukaan anak-anak.
Pruitt sendiri selama ini dikenal dengan reputasinya yang terpengaruh konten pop-culture. Namun ia ternyata memberikan warna cerah itu untuk mendeskripsikan asam manis kehidupan yang ia lalui.
Ketika beranjak dewasa, Pruitt merasa berbeda dari teman-temannya yang lebih memilih olah raga dibandingkan seni. Sementara cintanya pada seni sudah tak terbendung lagi kala itu.
Dalam brosur pamerannya ini, Pruitt menuliskan beberapa pesan. "Dulu ayah membawaku ke museum, Aku tak paham apa itu seni ketika berdiri di depan lukisan Mark Rothko dan aku hanya memperhatikan bulan yang ada di lukisan itu" jelasnya, dilansir dari ArtNews (11/12/2013).
"Kemudian ayahku membuat lelucon, bukankah akan jadi lebih baik bila kita menggambar wajah disana?"
Kemudian ia membuat gambar imajiner wajah, membuat mata dan bibir pada bentuk bulan di dalam lukisan. Dan kini setelah bertahun-tahun lamanya, ia mengatakan masih sangat terpengaruh oleh momen bersama ayahnya itu. Itu merupakan momentum penuh cinta dan perhatian baginya.
Akhirnya dalam pamerannya, ia konsisten memberi gambar wajah-wajah tersenyum dengan garis sederhana.
Ekspresi wajah yang ia gambar pun bisa dibilang sederhana. "Ini mengkomunikasikan spektrum yang lebih dalam dari emosi: Permohonan maaf, rasa semangat, iri, dan lainnya."
(ass/utw)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!