'The 1975': Munculnya Para Pretty Bad Boys

Jakarta - Dekade '90-an semakin mantap dijadikan kiblat bagi para musisi dan band baru. Ada HAIM, sekumpulan perempuan bertalenta (dan bisa main musik dengan handal) yang jelas mengacu ke era tersebut, sementara untuk versi laki-lakinya ada The 1975. Kelompok ini terdiri dari 4 pemuda berpenampilan urakan namun berwajah manis yang berasal dari Wilmslow di Cheshire, Inggris.

Sebelumnya, The 1975 telah merilis 4 buah EP, yakni 'Facedown' (Agustus, 2012), 'Sex' (November, 2012), 'Music for Cars' (Maret, 2013), dan 'IV' (Mei, 2013). Full album self/titled dirilis pada September 2013 dengan menjagokan 'Sex' sebagai single pertama dan 'Girls' sebagai single kedua. Ketika baru dirilis, album ini bertengger di posisi 1 UK Albums Chart, menyodok album terbaru Nine Inch Nails, 'Hesitation Marks'.


Racikan musik mereka terdengar segar dalam sound yang jernih. Dalam berbagai wawancara mengenai album ini, Matthew Healy (vokal/ gitar) memang mengakui bahwa yang paling mempengaruhi tata musik The 1975 adalah soundtrack film-film era '80-an. Pemilihan sound pada aransemen musik mereka terdengar sangat renyah di telinga.


Mereka mengambil gaya permainan rhythm dan pilihan sound keyboard yang mengacu ke akhir tahun '80-an dan awal '90-an, masa ketika banyak sekali grup berformat band namun memiliki aransemen pop yang cukup kental. Band asal Inggris ini pada akhirnya berhasil menciptakan tata musik dengan soundscape yang rapi dan nyaman didengar.


Intro 'Girls' terdengar seperti lagu-lagu milik Level 42 (ingat 'Tracie'?) dan bercerita tentang perempuan dengan segala macam perilaku mereka di kala remaja. 'Chocolate' sebagai salah satu track paling catchy mencampurkan elemen electro-pop yang sangat kekinian namun terdengar unik karena nyanyian Healy dengan aksen Manchester yang kental. 'Menswear' juga merupakan track yang terdengar modern dengan aransemen synthpop penuh gengsi.


'Robbers' merupakan track bertempo medium yang sentimental dengan rhythm yang akan membuat benak teringat pada lagu milik Heart 'All I Wanna Do Is Make Love to You'. Sementara 'Sex' adalah salah satu track yang terdengar lebih maskulin dengan gitar elektrik yang menyalak, baik di departemen rhythm maupun lead. Sekilas akan mengingatkan kita akan musik yang diusung oleh Glasvegas dan The Twilight Sad (minus aksen Skotlandia).


Album 'The 1975' ditutup dengan lagu 'Is There Somebody That Can Watch You', sebuah lagu yang lirih, bercerita mengenai adik kandung Healy dan bagaimana kedua orangtua mereka berpisah pada saat ia harus meninggalkan adiknya tersebut. Dari seluruh lagu yang bercerita mengenai masa muda yang penuh gegap gempita, lagu ini menjadi pelengkap dan berlaku sebagai penyeimbang dari kesemuanya. Lantas lengkaplah album ini sebagai perwakilan dari kehidupan masa muda yang menyenangkan, dan kenyataan bahwa di saat yang sama mereka harus menjalani hidup dengan dewasa.


The 1975 sukses mengajak kita mengunjungi era awal '90-an lewat musik yang mereka suguhkan. Musik nan apik, lirik yang menggelitik, dibungkus dengan para personel yang berpenampilan seperti "pretty bad boys" (dalam hal ini vokalis/gitaris manis seperti Matthew Healy dan drummer ganteng macam George Daniel). Semuanya merupakan satu kesatuan yang fresh dan –tentunya– sangat menjual.


Yarra Aristi pernah bekerja sebagai wartawan musik di dua majalah musik terkenal. Kini penyiar dan music director di sebuah stasiun radio swasta terkenal di Jakarta.


(mmu/mmu)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!