Arsitektur Inggris dalam Era Viktoria

Jakarta - Pada awal abad ke-19, Revolusi Prancis memberikan contoh mengerikan tentang apa yang mungkin terjadi jika kelas atas kehilangan kendali. Beberapa kisah sejarah di Inggris yang terjadi pada tahun 1819, menjadi pengingat bahwa hal semacam itu juga bisa terjadi di Inggris.

Bangunan berkelas di Inggris, merupakan bangunan untuk berlindung di masa lalu. Seperti gaya Abad Pertengahan Walter Scott Ivanhoe ( 1819 ) atau gaya romantik Elizabeth di Kenilworth ( 1821).


"Ini menjadi daya tarik yang kuat bagi elite penguasa yang merasa terancam oleh kerusuhan sosial dan politik di dalam negeri dan luar negeri," jelas Adrian Tinniswood, sejarawan arsitektur Inggris dilansir BBC (30/05/2014).


Kaca besar yang dijahit dengan besi di Crystal Palace rancangan Joseph Paxton tahun 1851, menunjukkan sisi lain arsitektur abad ke-19. Ini menjadi salah satu bangunan yang mendukung bentuk industri baru.


Tapi kemudian bentuk arsitektur baru ini dilihat dengan sebuah kacamata kecurigaan. "Produksi massal mengakibatkan bangunan dan perabot yang terlalu sempurna." Akhirnya para pengrajin individu tidak lagi memiliki peran utama dalam penciptaan bangunan dan ornamen bangunan.


Ini memunculkan dilema lain yang berdampak pada industrialisasi dan dehumanisasi. Para reformis seperti John Ruskin dan William Morris melakukan upaya terpadu untuk kembali ke produksi buatan tangan.


Pengaruh Morris mulai tumbuh pada produksi mebel dan tekstil. Hingga sekitar tahun 1880, para arsitek muda mengikuti pandangan para reformis itu untuk menggunakan konstruksi yang merangkul kreasi tangan dan menggunakan konstruksi yang baik.


Beberapa contoh bangunan bergaya Viktoria yang masih berdiri hingga kini adalah The House of Parliament yang berdiri tahun 1834. Juga Red House yang terletak di Bexleyheath dan berdiri pada tahun 1859. Kemudian ada Castell Coch yang berada di dekat Cardiff dan dibangun pada 1872. Terakhir adalah Glasgow School of Art.


(ass/ich)