Dalam gerakan ini timbul kesadaran bahwa Inggris perlu adanya sebuah gaya untuk menandai zaman baru dan kelas pengauasa baru. "Cita-cita dari gaya Baroque ini adalah untuk membangun sebuah peradaban yang akan menyaingi Romawi kuno," jelas Adrian Tinniswood, sejarawan arsitektur Inggris dilansir BBC (30/05/2014).
Inggris pada saat ini ingin mencari sekaligus menjadi solusi dari kemegahan gaya kuno, gaya nan antik. Namun sebenarnya solusi ini sudah ditemukan dan telah banyak ditafsirkan ulang pada abad 16. Salah satunya oleh seorang arsitek Italia, Andrea Palladio.
Akhirnya empat buku dari Andrea Palladio dieksplorasi dan direkonstruksi untuk menjadi basis dari bangunan yang penuh sentuhan Romawi kuno. "Mereka juga membuat ilustrasi, bentuk dari desain vila, gereja dan rumah yang dibuat oleh Palladio."
Ini sekaligus melahirkan aturan-aturan untuk menciptakan arsitektur dari tradsi klasik, dan dijadikan sebuah tolok ukur. Sama seperti arus tradisi pikir, dari pedoman bisa melahirkan interpretasi dan penolakan. Ini sekaligus melahirkan salah satu arsitek terhebat di abad 18, Robert Adams.
Ia membuat sebuah aturan dari pembatasan ide master, dan melihat bahwa pencarian Palladio untuk bentuk arsitektur yang ideal seolah tak memiliki ujung. Dengan demikian bangunan harus bisa melayani contoh di masa lalu yang diimitasi, sekaligus bisa menjadi sebuah standar penilaian.
Bisa ketahui ada beberapa bangunan peninggalan yang masih berdiri kokoh hingga sekarang, seperti Chiswick House. Bangunan itu mengadaptasi model yang dibuat Palladia dengan pilar besar di muka bangunan, dan sangat lekat dengan gaya Romawi.
Kedleston Hall dan Stawberry Hill juga mengadopsi gaya khas abad ke-18. Di akhir abad ini, ide untuk melahirkan sebuah gaya aristektur nasional muncul. Perpaduannya antara lain dengan sentuhan gaya neo-klasik, hamparan bangunan besar, model kamar besar dengan kesan bunglow. Padu-padan gaya sudah mulai memasuki Inggris.
(ass/ich)