Sejarawan arsitektur Adrian Tinniswood menelaah sejarah arsitektur Inggris, penuturannya dimulai dari abad pertengahan, yakni dimulai dari tahun 1066. Menurutnya, arsitektur adalah soal evolusi bukan revolusi. Ini adalah masa ketika orang-orang Romawi telah menarik diri dari Inggris.
Vila bergaya elegan juga kota yang dirancang dengan sangat hati-hati mengalami perubahan dari pengaruh Abad Kegelapan. Di sini bangunan katedral memainkan peran penting dalam kebangkitan budaya Inggris.
"Namun kenyataannya tak sesederhana itu, paduan budaya Romawi dan Inggris tertuang dalam arsitektur, juga bahasa, agama, seni dan organisasi politik. Ini terus bertahan meski Romawi telah lama pergi," kata Adrian dilansir BBC (30/05/2014).
Sebelum Romawi masuk, gaya bangunan Inggris yang bisa dibilang canggih banyak yang tidak mampu bertahan. Ini karena kebanyakan bangunan pada saat itu terbuat dari kayu. Jadi para saksi mata pun memiliki kesulitan untuk menunjukan bukti gaya arsitektur mereka sebelum bangsa Romawi masuk.
Kemudian, pada periode dimana bangsa Norman tiba di Pevensey, Ingris pada 1066 dan pada 1485 dimana Richard III dipenggal di wilayah Bosworth, merupakan titik mula gaya Tudor dan modern awal. Ini adalah masa ketika bangunan di Inggris tak banyak menggunakan bunya.
Ada sebuah landasan prinsip, yakni arsitektur harus memiliki kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai. Katedral besar dan gereja-gereja kecil, memiliki menara tinggi menjulang, tak hanya untuk mengarah pada surgawi.
"Kastil juga memiliki fungsi sebagai benteng dari tempat mereka." Sementara untuk bangunan rumah, orang Inggris tidak mempedulikan kemegahan bangunan. Mereka bisa mendapat status dan penghormatan dari masyarakat melalui sikapnya dalam berinteraksi, bukan dari kemegahan rumahnya.
Rumah orang-orang yang tergolong kaum bawah, juga memiliki karakter bangunan yang efisien. Setiap liuk bangunan memiliki fungsi dalam keseharian. "Rumah mreka biasanya gelap, dengan struktur primitif dan memiiki dua kamar," kata Adrian.
(ass/ich)