Bentuk Konservatif Warnai Arsitektur Inggris Abad 20

Jakarta - Tren yang paling penting dalam arsitektur abad ke-20 di Inggris adalah soal penggunaan elemen dalam konstruksi bangunan. Ada yang bereksperimen dengan hamparan keras kaca, sementara Le Corbusier sedang bereksperimen dengan menggunakan beton bertulang.

"Di sini kami memiliki arsitek yang memiliki pendirian untuk memproduksi rumah bergaya Neo-Renaissance Georgia seperti Edwin Lutyens," Adrian Tinniswood, sejarawan arsitektur Inggris dilansir BBC (30/05/2014).


"Selain itu ada arsitek yang sangat menyukai karya buatan tangan dari pengrajin, ahli waris dari William Morris. Ia masih berusaha memutar balik waktu ke masa sebelum Revolusi Industri."


Hanya segelintir bangunan arsitektur yang dibangun dengan karakteristik itu diproduksi selama 1920-an dan 1930-an. Sebagian besar merupakan hasil karya arsitek asing seperti Serge Chermayeff, Berthold Lubetkin dan Erno Goldfinger yang menetap di negara Inggris.


Setelah Perang Dunia Kedua situasi mulai berubah. Keyakinan dari gerakan modern adalah kemajuan dengan suasana pasca perang di Inggris. Alhasil, rekonstruksi mulai digerakan di mana-mana.


"Rekonstruksi dimulai atas perintah Partai Buruh Attlee tahun 1945, ada kebutuhan mendesak untuk perumahan murah yang dapat diproduksi dengan cepat," kata Adrian. Ini mempengaruhi penggunaan elemen prefabrikasi, bingkai logam, beton dan tidak adanya dekorasi.


Akhirnya adopsi juga dilakukan di berbagai tingkat pembangunan perumahan dan sekolah. Pemerintah setempat dibebankan dengan tugas membangun kembali pusat-pusat kota. Hal ini merupakan pergeseran dari individu-individu swasta yang telah mendominasi adegan arsitektur selama berabad-abad silam.


Sejak perang berakhir, badan hukum seperti pemerintah daerah, perusahaan nasional dan multinasional, serta lembaga pendidikan mendominasi arsitektur Inggris. Bentuk yang jauh dari eksperimen, memancarkan sebuah keteraturan dan konservatif mewarnai banyak sekali bangunan yang berdiri di masa ini.


(ass/ich)