Mencari Terang dari Pembacaan Surat-surat Kartini

Jakarta - Saya malu sekali memikirkan kepentingan pribadi. Saya berpikir-pikir dan melamun tentang keadaan saya sendiri dan di luar, di sekeliling saya demikian banyaknya orang yang hidup menderita dan sengsara. Seolah-olah udara tiba-tiba bergetar disebabkan oleh suara orang-orang menderita di sekeliling saya yang menjerit, mengerang dan mengeluh. Lebih keras dari suara mengerang dan mengeluh, terdengar bunyi mendesing dan menderau dalam telinga saya: Bekerja! Bekerja! Bekerja!

Itulah salah satu surat yang ditulis Kartini kepada Nyonya Abendanon bertanggal 8 April 1902. Surat tersebut akan menjadi bagian dari rangkaian surat-surat lainnya yang akan dibacakan di acara Parade Pembacaan Surat-surat Kartini: Membaca Suratnya Terbitlah Terang. Acara tersebut akan digelar di Galeri Cipta 2 Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (18/4/2013) pukul 19.00 WIB.

Sebanyak 11 tokoh dari berbagai bidang dan profesi akan tampil membacakan surat-surat yang dikurasi dari 100 lebih surat yang terhimpun dalam buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang'. Mereka terdiri atas seniman, sastrawan, jurnalis, aktivis, buruh, akademisi, hingga mahasiswa. Antara lain Ratna Riantiarno (pemimpin Teater Koma), Jajang C Noer (aktor), Okky Madasari (penulis novel peraih Khatulistiwa Literary Award 2012), Faiza Mardzoeki (produser dan penulis naskah teater), Juanita Wiratmaja (penyiar SCTV) dan Tommy F Awuy (dosen filsafat UI).

Menurut Okky Madasari yang juga merupakan salah satu penggagas acara tersebut, pembacaan surat-surat Kartini dalam sebuah pertunjukan panggung dimaksudkan untuk melawan peringatan Hari kartini yang salah kaprah.

"Selama ini Hari Kartini kebanyakan dirayakan dengan hanya berkutat pada soal kebaya, peragaan baju tradisional, dan bentuk-bentuk lainnya yang sama sekali tidak bersinggungan dengan ide dan pemikiran Kartini. Acara ini juga bertujuan untuk menyebarluaskan pemikiran-pemikiran Kartini," ujar Okky.

"Meski hari Kartini diperingati setiap tahun, pada kenyataannya sangat sedikit orang yang pernah membaca atau mengetahui apa sebenarnya yang dikandung dalam surat-surat Kartini. Tak banyak yang tahu bahwa Kartini tidak hanya bicara soal perempuan. Ia bicara luas tentang nilai-nilai humanisme," tambahnya.

Parade Pembacaan Surat-surat Kartini diselenggarakan oleh Institut Ungu dan Yayasan Muara, bekerja sama dengan Kopdar Budaya dan Ardhanary Institut. Acara terbuka untuk umum, dan gratis. Langsung datang saja ya!

Berjuanglah membebaskan diri! Baru setelah kamu bekerja membebaskan diri, akan dapatlah kamu menolong orang lain. Bekerja! Suara itu saya dengar nyaring sekali, tampak tersurat di hadapan saya....

(mmu/mmu)