'Beautiful Creatures': Kisah Cinta yang Mistis

Jakarta - Awal mula 'Beautiful Creatures' mengingatkan saya kepada film remaja adaptasi buku Nicholas Sparks yang dibintangi oleh Mandy Moore, 'A Walk To Remember'. Hanya saja, tidak ada penyakit mematikan dengan akhir tragis di sini.

Ethan Wate (Alden Ehrenreich) adalah seorang pemuda yang cukup terkenal di sebuah kota kecil bernama Gatlin. Hampir tiap malam Ethan selalu terbangun karena memimpikan sosok misterius yang sama. Sampai akhirnya pada hari pertamanya kembali ke sekolah Ethan bertemu dengan Lena Duchannes (Alice Englert), sosok yang begitu mirip dengan wanita misterius yang dia temui dalam mimpinya.


Ethan tentu saja mengambil kesempatan itu untuk berkenalan dengan Lena. Meskipun, hampir seluruh teman-temannya menjauhi dan mencemooh Lena karena dia berasal dari keluarga yang aneh, yang kemungkinan besar mempraktikan ilmu sesat. Tapi, Ethan tidak peduli. Bersama dengan Lena, ia bisa menceritakan apapun yang melintas di otaknya. Tentang sumpeknya Gatlin dan betapa kerasnya dia ingin meninggalkan kota itu.


Lena pada awalnya menolak kehadiran Ethan. Tapi kegigihan dan sikapnya yang hangat, menunjukkan bahwa Ethan lebih dari sekedar cowok ganteng membuatnya trenyuh. Hingga akhirnya Lena pun mengakui bahwa dirinya seorang caster atau penyihir.


Ternyata menjadi penyihir bukan masalah bagi Ethan atau Lena. Masalah utamanya adalah sebentar lagi Lena akan berumur 16. Dan itu adalah umur penting bagi seorang penyihir. Saat itulah penyihir akan menemui nasibnya, apakah dia akan menjadi penyihir yang baik atau jahat. Bersama dengan Ethan, Lena mencari cara agar dia tidak hanyut dalam kekuatan gelap yang sedang mengincarnya.


Susah untuk tidak membandingkan 'Beautifiul Creatures' dengan seri 'Twilight' yang begitu mengglobal. Keduanya berasal dari buku seri young adult yang sukses di pasaran. Keduanya memainkan elemen magis sebagai sentral cerita. Dalam 'Beautiful Creatures' perannya terbalik: si cowoklah yang manusia biasa. Keduanya juga menggunakan faktor “cinta terlarang” sebagai bumbu pemanis.


Walaupun dari segi efek visual agak menyedihkan, film ini sangat mengesankan. Sang sutradara dan penulis skenario, Richard LaGravenese (yang juga pernah mengadaptasi chicklit mendayu-dayu 'P.S. I Love You' tahu benar bagaimana menceritakan kisah ini. Adegan demi adegan mengalir dengan tenang. LaGravenese berhasil menyingkat hal-hal yang tidak penting dalam bukunya, namun tanpa mengurangi perjuangan Lena melawan sihir hitam.


Selain itu, yang juga menarik, film ini menampilkan dua anak muda yang cukup kritis. Lihat, bagaimana pertemuan pertama Ethan dan Lena yang berbicara tentang buku-buku terlarang seperti 'To Kill A Mockingbird', buku-buku Kurt Vonnegut dan lain sebagainya. Sesuatu yang bisa dibilang jarang ditampilkan oleh karakter-karakter anak muda zaman sekarang.


Tapi, yang paling penting adalah bagaimana LaGravenese mengarahkan pemainnya. Permainan para bintangnya memang tidak cukup luar biasa untuk memenangkan Oscar, namun mereka berhasil menciptakan chemistry yang begitu bagus sehingga membuat kita percaya bahwa Ethan dan Lena saling mencintai.


Sebagai Ethan dan Lena, Alden Ehrenreich dan Alice Englert menampilkan chemistry yang keren. Sementara Alden menampilkan emosi yang meluap-luap dan energi yang berlimpah, Alice mengimbanginya dengan kegalauan yang pas. Jeremy Irons cukup menyenangkan dalam perannya sebagai paman yang melindunginya Lena.


Emma Thompson dengan aksen south-nya yang kaku memang nampak menggelikan, namun begitu dia bermonolog di depan Irons sebagai seorang villain, kehadirannya jadi begitu berharga. Sementara itu Viola Davis dan Emma Rossum masing-masing memberikan penampilan yang pas dengan porsinya sendiri-sendiri.


Film ini adalah tontonan bagi Anda yang ingin menyaksikan kisah cinta bercampur aroma mistik southern America yang cukup kental. Mudah-mudahan pasar untuk jenis film serupa belum jenuh setelah didominasi Twilight Saga. Sebab, 'Beautiful Creatures' akan memberikan pengalaman yang berbeda bagi yang menontonnya.


Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.


(mmu/mmu)