Selama ini, sosok prajurit atau tentara dikenal sebagai sesuatu yang bersifat jantan dan maskulin. Sedangkan 'kemayu' biasa diidentikkan dengan sifat yang dimiliki seorang wanita. Istilah 'Prajurit Kemayu' ini sengaja diciptakan untuk menampilkan kontradiksi dan kondisi 'abu-abu' untuk bebas bereksplorasi dan tidak berpatokan sebagai hal yang biasa.
Pameran bertajuk 'Prajurit Kemayu', dalam siaran pers yang diterima detikHOT, Senin (6/4/2015), akan digelar di ViaVia Cafe; & Alternative Art Space Jalan Prawirotaman 30, Yogyakarta. Pameran ini berlangsung dari 7 April sampai 30 Mei 2015.
Baca Juga: Di Lima Kota, Dewi Lestari Gelar 'Dee's Coaching Clinic'
Pameran ini menampilkan lima seniman asal Bali, yakni I Gede Jaya Putra, I Nyoman Suarnata, I Made Putra Indrawan, I Putu Nova Ruspika Yanto, dan Ngakan Putu Agustus. Meski berlatar belakang pendidikan seni yang sama yakni Institut Seni Indonesia (ISI) Bali, kelima seniman ini memiliki minat yang berbeda-beda.
Seperti I Nyoman Suarnata atau biasa dipanggil Rako yang aktif berpameran sejak usia muda mengangkat fenomena 'game' yang sangat popular di masyarakat. I Gede Jaya Putra atau yang biasa akrab dipanggil Dekde memiliki minat untuk mendalami new media art.
Ia mengangkat fenomena yang terjadi saat ini, yaitu antara dunia imajinasi (maya) dan realitas, seperti adanya sosok pahlawan yang hanya ada di dalam dunia imajinasi. Karya Dekde meliputi drawing, lukisan, instalasi, dan video.
Berbeda dengan seniman Ngakan Putu Agustus atau Dewa yang tinggal di daerah peninggalan situs purbakala dan adat istiadat yang kental. Selain berkarya seni rupa, ia aktif dalam kegiatan masyarakat adat di tempat tinggalnya. Drawing dengan banyak garis lembut menggunakan media charcoal, dan penggunaan objek lain sebagai pendukung karya adalah ciri khas dari karya-karya Dewa.
I Putu Nova Ruspika Yanto belajar mengukir sejak masih di sekolah dasar, meski mengambil jurusan lukis ketika kuliah, Nova saat ini lebih banyak mengukir kayu, dan juga berprofesi sebagai guru.
Serta yang terakhir, I Made Putra Indrawan memiliki ketertarikan mengumpulkan benda-benda bekas dari mulai sampah di tepi pantai sampai ke gudang besi bekas, benda-benda temuan itu kemudian diberi sentuhan untuk dibuat menjadi sebuah karya seni, ibarat memberi napas atau roh kembali sehingga terjadi sebuah siklus baru (hidup dan kehidupan).
(tia/mmu)