Racikan Petualangan, Cinta dan Keluarga di Balik 'Filosofi Kopi'

Jakarta - Mungkin banyak orang yang tidak membaca bukunya merasa film 'Filosofi Kopi' akan cukup berat. Kata 'filosofi' pada judulnya bisa saja menimbulkan anggapan bahwa film tersebut akan memuat unsur sastra nan penuh filosofis sepanjang durasi.

Belum lagi ada yang mungkin menganggap bahwa film yang diangkat dari buku karangan Dewi 'Dee' Lestari berjudul sama itu hanya berkisah soal kopi. Terbayang sebuah film dengan nuansa dokumenter, mulai dari perkebunan sampai penyajian. Tapi, semua itu jelas salah.


Baca Juga: Tidak Ada Beban Piala Citra di Film 'Filosofi Kopi'


Film arahan sutradara Angga Dwimas Sasongko itu memang mengangkat kopi sebagai benang merahnya, tapi tidak hanya itu. Ada drama cinta, keluarga dan persahabatan layaknya film pop pada umumnya.


"Mengangkat tema kopi saja itu sudah sangat jualan, karena ini memang film pop jualan," tegas produser Handoko Hendroyono kepada detikHOT.


"Memang ada kekhawatiran penonton akan melihatnya ini film yang berat karena kata 'filosofi' itu. Padahal itu karena nama kedai kopi Ben dan Jody (karakter utama di filmnya yang diperankan Chicco Jerikho dan Rio Dewanto) Filosofi Kopi. Selain itu juga, Ben yang seorang barista memang selalu memberikan filosofi kepada pembeli kopinya," tutur Handoko lagi.


Baca Juga: Tak Ada Rekayasa di Film 'Filosofi Kopi', Chicco Jerikho Dianggap Dewa Kopi


Tayang di bioskop mulai hari ini, Kamis (9/4), 'Filosofi Kopi' menghadirkan kisah emosional Ben, Jody dan El (Julie Estelle). Ben seorang barista handal harus menghadapi kenyataan kopi buatannya bukanlah yang terbaik. Dibantu oleh Jody dan El, mereka bertiga kemudian mengarungi petualangan untuk mencari yang terbaik. Perjalanan itulah yang kemudian mengungkap jati diri ketiganya.


Elemen politis dan sindiran terhadap budaya minum kopi masa kini juga tidak luput dipertontonkan sutradara yang sebelumnya menggarap 'Cahaya dari Timur: Beta Maluku' itu.


(mif/mmu)