Opera Tari 'Gandari' Diangkat dari Puisi Goenawan Mohamad

Jakarta - Awal 2013 lalu, komposer Tony Prabowo membaca puisi 'Gandari' karya Goenawan Mohamad. Sosok Gandari tidak seterkenal Srikandi maupun tokoh wanita lainnya dalam Mahabharata, namun Goenawan melihat dari sisi lainnya.

Tony pun tertarik untuk mengadaptasi puisi tersebut dalam bentuk opera tari, yang akan dipentaskan di Teater Jakarta, TIM, Jumat dan Sabtu (12-13/12) akhir pekan ini. Siapakah Gandari?


Gandari adalah putri dari negeri Gandara. Setelah menjadi istri Destarata, sang Raja Buta dari Kuru, Gandari lalu membutakan diri, menutup mata dengan secarik kain hitam sampai beberapa saat sebelum ajalnya. Ia juga dikenal sebagai ibu dari seratus Ksatria Kurawa -para penerus Kuru- yang habis dibinasakan lima bersaudara Pandawa dalam perang hebat Bharatayudha.


Baca Juga: Opera Tari 'Gandari' Selipkan Kasus Mahasiswa '98


"Mas Goenn melihat Gandari sebagai seorang ibu yang setiap hari mendengar anak-anaknya, para Kurawa, kalah dalam peperangan melawan saudara-saudaranya Pandawa. Kemudian memilih menutup matanya kepada dunia," ujar Tony usai pementasan untuk wartawan, Kamis (11/12/2014) lalu.


Melalui opera tari ini, Tony berusaha untuk menawarkan interpretasi yang lain. Tony sebagai pengarah musik dalam pertunjukan ini secara khusus membuat musik baru, sebuah musik kontemporer awal abad ke-20 yang diambil dari musik klasik Barat.


"Saya membuat konsep musik yang berangkat dari disiplin musik kontemporer Barat yang dikonsep dengan unsur kekinian. Saya juga memasukkan unsur elemen gong. Ini adalah pementasan opera tari pertama yang diiringi orkestra dengan genre musik baru," tuturnya.


Pementasan berdurasi 60 menit itu menampilkan paduan suara Batavia Madrigal Singers asal Indonesia, orkestra Asko|Schonberg-Slagwerk Den Haag asal Belanda dengan konduktornya Bas Wiegers, soloist asal Belanda Katrien Baerts, dan penampilan dari 6 penari Indonesia-Jepang.


(tia/mmu)