Pasangan gay bernama Reuben dan Dimas itu berperan sebagai orang-orang di balik cerita 'Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh'. Semuanya berawal dari pertemuan di Washington DC, Amerika Serikat 10 tahun lalu.
Menonton aksi keduanya, tentu tidak lepas dari rasa heran. Bagaimana latihan dan persiapan yang harus diambil Arifin maupun Hamish untuk menjadi pasangan gay?
"Jelas pertama adalah proses reading yang cukup lama. Setelah itu, kita coba akting dan itu sangat, sangat, sangat, sangat, sangat susah. Untuk saling pandang dalam jarak dekat selama 10 detik saja rasanya sudah kaya mau tinju orang," buka Arifin Putra usai Press Screening di XXI Plasa Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (6/12/2014) tengah malam.
Mau tidak mau observasi harus dilakukan. Tempat yang menjadi tujuan utamanya adalah sebuah klub malam yang berisi pasangan sejenis di Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
"Ya kita ke sana, sekita dua bulan rutin bolak-balik. Kita pelajari mulai dari cara mereka memesan minuman, pegang gelas, makan, bicara, duduk, jalan, semuanya. Sempat takut, jelas takut, tapi demi film harus dijalani," sambung Hamish Daud.
"Lucunya, suatu malam kita keluar dari klub itu, semua orang di sana ngomongin kita berdua. Tatapan mereka itu seperti menelanjangi kita. Berarti sudah mulai berhasil latihannya nih," lanjut aktor berdarah Australia itu lagi sambil tertawa.
Selain belajar menjadi gay, Arifin Putra dan Hamish Daud juga diwajibkan mempelajari kata-kata khusus ilmu pengetahuan. Hal itu dikarenakan mereka merupakan mahasiswa lulusan Kedokteran di John Hopkins Medical School dan Sastra Inggris di University George Washington.
"Bahasa-bahasa seperti bahasa latin atau eksprimen kita pelajari. Kita juga belajar sejarah dan maksud kata-katanya itu apa," tandas bintang film 'The Raid: Berandal' itu.
(kmb/kmb)