Memilih Soraya Intercine Films dan Rizal Mantovani sebagai tim yang mengadaptasi tulisannya, bukan perkara mudah. Ada jeda waktu bertahun-tahun hingga akhirnya Dee mau melepas 'Supernova'.
"Singkat kata Sunil sudah membicarakan ide film ini 7 tahun lalu. Cuma saya rasa belum tepat. Sampai kemudian saya mengubah pola pikir saya bahwa novel dan film adalah berbeda," tutur Dee usai Press Screening di XXI Plasa Senayan, akhir pekan kemarin.
"Jadi, saya memutuskan sebagai penulis tugas saya adalah melepas hak adaptasi ceritanya. Di luar itu, saya tidak ikut campur lagi," sambung Dee.
Bukan hal pertama memang bagi seorang Dewi Lestari karya tulisnya diangkat ke layar lebar. Namun, banyak pendapat keluar mengatakan, bahwa 'Supernova: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh' berbeda dari novelnya yang lain.
"Rizal menegaskan bahwa film format berbeda dari buku. Aku yang jelas tidak ikut campur, termasuk konsultasi. Aku hormati bidang pekerjaan masing-masing saja," ujarnya.
"Hasilnya memuaskan, semuanya sesuai dengan apa yang saya tuliskan. Dialognya 90% tulisan di novel. Kalaupun ada 'twist', saya rasa Rizal melakukannya dengan tepat," puji Dee lagi.
Lantas, bagaimana jika penggemar novelnya merasa film 'Supernova: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh' justru terkesan rusak?
"Saya tidak melihat itu, terminologinya bukan dirusak. Tapi dibuatkan media paralel lain untuk menggambarkan ceritanya," tutup Dee yang malam itu cantik dengan dress bewarna hijau.
(ron/ron)