Indonesia Mural, Lapak Khusus Jualan Mural

Jakarta - Mural biasanya sering kita jumpai di jalanan atau ruang publik. Ada yang berkreasi di bawah flyover, tembok underpass, hingga beton-beton pembatas jalan.

Pesan yang dibawa juga beragam, ada yang mengkritik cara pemerintah mengelola masyarakat ada juga yang mengkritik bagaimana masyarakat yang pasif dan konsumtif, semua dengan cara yang kreatif.


Tapi tak selamanya mural musti di jalanan. Pasalnya kini sudah ada beberapa perusahaan yang usahanya bergelut pada jasa menyediakan mural untuk keperluan korporat ataupun privat.


Mereka menjual karya ke pihak-pihak tertentu, yang ingin ruang kerja ataupun kamar tidurnya digambari mural yang indah-indah. Berikut detikHOT sajikan laporan lengkap mengenai mural untuk dijual.


***


Lelah berjalan masing-masing, tiga laki-laki ini coba menyatukan visi mereka untuk berbisnis sekaligus bersenang-senang lewat seni. Richard Rich, Troy Fitchu Tanalisan dan Rayyan Pertama memberanikan diri untuk membuat sebuah start-up atau usaha bisnis skala kecil bernama Indonesia Mural.


Indonesia Mural sendiri berdiri pada Februari 2013 lalu, dan akhirnya mulai resmi dikenalkan ke publik sejak Juni tahun lalu. Cita-citanya sederhana, dari kalangan senimannya seperti Troy dan Rayyan, mereka ingin hobi menggambarnya bisa disalurkan dan terorganisir dengan baik.


Sementara Richard Rich, punya otak bisnis. Lulusan Hubungan Internasional di Universitas Indonesia Angkatan 2009 ini, merasa bisa mengelola sesuatu dari usaha yang belum banyak dilirik orang ini.


"Saya pribadi, dulu enggak ngerti seni sama sekali. Tapi, saya pernah dapat beasiswa ke Amerika, tepatnya ke Philadelphia. Disana itu kota dengan jumlah mural terbanyak di dunia. Dari sana saya belajar bahwa mural itu merupakan komoditas yang belum banyak dikembangkan di Indonesia," ujarnya kepada detikHOT (13/02/2014).


Untuk mengadopsi konsep yang ia pelajari dari Negeri Paman Sam, Richard perlu usaha keras, karena anggapan tentang mural di sana berbeda dengan apa yang ada di Indonesia.


"Jadi saya bawa konsepnya, trial and error. Mau coba-coba copy paste sistem yang ada di Amerika. Tapi kalau di sana itu lebih banyak di buat di tempat publik. Sementara ini kita enggak di jalan dan lebih fokus untuk yang interior desain."


Troy Fitchu Tanalisan, menceritakan bagaimana pandangannya dari sisi pelaku seni. Lulusan Institut Kesenian Jakarta Angkatan'99 ini mengungkapkan bahwa mengerjakan mural sendirian itu bukan hal yang mudah.


"Di mural itu pengerjaannya jauh lebih menguras tenaga, karena bidangnya besar-besar. Supaya lebih ringan, maka lebih baik untuk dikerjakan bersama-sama. Dari situlah mulai terbangun badan untuk mengorganisir ini."


sebelum Indonesia Mural terbentuk, para seniman yang ikut menggawangi ini, Troy dan Rayyan sudah mulai berjalan sendiri-sendiri untuk menyalurkan bakatnya.


"Troy sudah sering melukis di Kanvas, Rayyan sudah jalan enam tahunan, dia kebetulan fokusnya di mural. Akhirnya kita sadar kalau jalan sendiri-sendiri bawa nama pribadi, orang jadi mudah lupa juga," kata Richard.


(ass/tia)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!