Awalnya penonton sempat mengira lagu itu terlalu berat untuk dibawakan penyanyi yang baru berusia 12 tahun itu. Tapi hadirin berubah menjadi terkesima saat mendengar kualitas vokal Sandi yang jernih dan bertenaga.
Vibrasi, cengkok, maupun gerak tubuhnya terasa pas ia bawakan. Di akhir lagu, sekitar 200-an penonton yang memadati Galeri Indonesia Kaya pun bertepuk tangan senang. Sandi yang sebelumnya biasa membawakan karawitan sunda baru berlatih keroncong selama enam bulan terakhir. Ia mengaku tak mendapat kesulitan saat menyanyi keroncong.
"Buat saya menyanyi karawitan lebih sulit daripada keroncong," ujar pengagum buaya keroncong Mus Mulyadi dan diva musik keroncong Sundari Sukotjo itu.
Odang Saefudin, sang ayah yang mendampinginya menyatakan, putra ketiganya itu sebagai langganan juara musik karawitan di Purwakarta maupun tingkat Jawa Barat. Pada 2013, pelajar kelas I SMP di Purwakarta, Jawa Barat itu menjadi juara II Festival Seni Sastra Nasional di Bandung, Jawa Barat.
Penampilan Sandi maupun Angle Pieters di ajang Keroncong Week itu membuat diva keroncong Sundari Sukotjo bangga. Ia optimistis genre musik ini tak akan mati seperti dikhawatirkan banyak pihak.
"Buktinya bibit-bibit belia telah bermunculan dengan kualitas vokal cukup baik. Asal mereka tidak cepat puas dan mau terus berlatih," ujarnya.
Sejak 7-12 April, acara bertajuk Keroncong Djoera Noesantara (Kedjora) yang diprakarsai Sundari itu selalu dipadati penonton. Sebuah layar lebar sengaja dipasang karena puluhan penonton tak tertampung di dalam ruangan galeri berkasitas 200 penonton itu. Tak cuma pasangan orang-orang tua, puluhan anak muda pun ikut antre menyaksikan pergelaran lintas genre tersebut.
"Respons masyarakat sangat membanggakan, semoga kami bisa menjadikan ini sebagai acara tahunan," ujar Sundari.
(alx/fk)
