Lukisan karya Kunara di pameran '4 Sekawan Solo' yang dikuratori Sri Warso Wahono
"Kota Solo tidak hanya dikenal sebagai kotanya pelukis Jeihan, Srihadi Sudarsono atau Soedibyo. Tapi di tahun 1952 HBS didirikan dan menjadi cikal bakal makin populernya seniman Solo," ucapnya di sela-sela pembukaan pameran '4 Sekawan Solo' di Galeri Cipta 3, TIM, Jakarta Pusat, Selasa (6/1/2014) malam.
Para petinggi dari kota Solo maupun Yogyakarta dan wakil dari pengikut Kursus Seni Lukis menghadirinya. Tapi, saat itu, kata Sri Warso, selain seni rupa terdapat seni karawitan, pencak silat, keroncong, dan geguritan yang berada di bawah HBS.
"Sayangnya ketika dipegang Dullah, kepopuleran HBS mulai pudar. Ia mengekang muridnya agar seperti dirinya," katanya.
Sri Warso sendiri sudah mulai melukis sejak 1962 silam ketika usianya masih 14 tahun. Ia memiliki bakat warisan melukis dari ayahnya yang merupakan pengukir gading Keraton Surakarta Hadiningrat.
Setelah HBS pudah, kemudian dikenal Akademi Seni Surakarta yang memunculkan nama-nama seniman terkenal hingga kini. Seperti Jeihan, Srihadi Sudarsono, Sukamto, Remy Silado, Fajak Sidik lain-lain.
"Berbicara mengenai empat sekawan pelukis Solo malam ini maka saya mau nggak mau harus menjelaskan sejarah seni lukis di Solo. Mereka belajar dari generasi sebelumnya dan menyuarakan perspektifnya masing-masing," ucapnya.
Nama Sri Warso salah satu yang diperhitungkan sampai sekarang. Berbagai pameran tunggal dan bersama telah dilakoninya. Di antaranya, Sao Paolo, Rio De Janeiro, Frankfurt, Paris, Brussel, Amsterdam, Rotterdam, Leiden, Kent, Antwerpen, San Fransisco, California, New York, New Jersey, Washington DC, Singapura, Manila, Alesandria, dan sebagainya.
(tia/mmu)