Belajar Budi Pekerti Dari Kisah Drupadi

Jakarta - Dalam waktu dekat, tepatnya pada 25 dan 26 April 2014, Yayasan Suksma Budaya akan menyuguhkan sajian pentas drama tari bertajuk Pulung Gelung Drupadi. Sajian yang akan dipentaskan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki ini dibuka untuk umum, dengan harga tiket yang berkisar antara Rp. 250 ribu hingga Rp. 1,5 juta.

Meski ada banyak kesulitan dalam mengangkat sosok perempuan dalam kisah Mahabharata ini, menurut Mitu M. Prie, Koordinator Komunikasi Kreatif dalam pementasan drama tari Pulung Gelung Drupadi, ini merupakan tantangan yang menarik bagi timnya.


"Sajian ini merupakan pilihan dari Yayasan Suksma Budaya, untuk memberanikan diri menyajikan pentas drama tari Drupadi. Tim internal yang terlibat dalam pembuatan pentas drama tari ini, coba mengemas ini agar bisa menjadi sebuah tontonan yang menghibur dan semoga bisa diapresiasi di dalam hal-hal yang positif," kata Mitu M. Prie (14/04/2014) di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki.


Oleh karena itu, mereka coba memilih dan menempati posisi atau angle tertentu dalam mengisahkan figur Drupadi. "Memilih esensi seperti apa yang ingin kami sajikan. Esensi ini, ternyata juga masih relevan dan penting untuk zaman sekarang ini." Lebih jauh Mitu menjelaskan bahwa ada banyak petuah dan teladan dari figur Drupadi yang bisa ditarik hingga ke masa sekarang. Termasuk soal budi pekerti.


"Dulu di sekolah saya belajar budi pekerti, ternyata setelah mendalami kisa Drupadi ada sifat-sifatnya yang mengisyaratkan budi pekerti, mengenai perempuan yang tangguh, mengayomi dan kuat menghadapi situasi hidupnya," ungkapnya.


Mitu melihat bahwa akan menarik ketika melihat sosok Drupadi menjadi inspirasi kekuatan perempuan. Tantangannya adalah bagaimana mentransfer sajian ini ke masa kontemporer agar bisa dinikmati oleh anak-anak muda.


"Tidak hanya dongeng yang menjabarkan kisahnya, tapi juga dongeng yang memiliki sisi kesenian, sisi yang bisa bantu mengungkapkan kepada dunia sekarang, dunia urban ini bahwa Drupadi punya kemampuan yang bisa kita serap juga. Ini tantangannya."


Tantangan ini juga dirasa oleh Nungki Kusumastuti, pemeran sosok Drupadi metafor dalam pementasan ini.


"Sebagai pemeran Drupadi metafor saya mendapat tantangan yang luar biasa, di sini saya terus berproses, terjadi dialog yang tidak ada habis-habisnya. Dialog tidak hanya lewat kata-kata tapi juga dalam tubuh dan interpretasi, yang hingga kini kita masih terus berproses hingga akhir pementasan nanti," jelasnya.


Nantinya para pendukung pementasan ini akan nembang dalam bahasa Jawa. Sementara dialog bahasa Indonesia hanya akan dituturkan oleh sosok Drupadi metafor yang diperan oleh Nungki Kusumastuti. "Supaya tidak ada yang tersesat dalam memahami bahasanya."


(tia/utw)