Tentu saja, Zaky bukanlah nama yang sama sekali baru. Sebelumnya, ia telah menerbitkan sebuah kumpulan cerita pendek berjudul 'Johnny Mushroom dan Cerita Lainnya' (Majelis Sastra Bandung, 2011). Lewat 'Bandar' (Gramedia, 2014) namanya pun dipastikan akan semakin bersinar.
Tentang debut novelnya tersebut, penulis berusia 36 tahun asal Bandung itu berbagi cerita mengenai proses kreatifnya. "Awalnya saya berniat membuat cerpen tentang orang yang dipandang sebagai penjahat, tetapi malah berlanjut menjadi novel," tuturnya.
Itu terjadi sekitar 2001-2002. Lalu sampai 2013, proses menulis itu seperti tidak pernah selesai. "Saya tidak pernah puas dengan hasilnya, karenanya proses bongkar-pasang atas naskah itu seperti tidak berujung. Sampai akhirnya saya harus menahan diri dan merasa cukup dengan naskah itu, lalu mengirimnya kepada penerbit," sambungnya.
Selanjutnya, seperti dialami banyak penulis lain, naskah novel itu mengalami penolakan demi penolakan. Zaky lupa, berapa kali naskah novelnya itu ditolak. "Mungkin sampai lima kali," katanya. "Walau begitu, saya bersyukur, karena kalau mendengar kisah penulis lain, mereka mengalami penolakan sampai belasan kali," tambahnya.
Lalu, bercerita tentang apakah novel 'Bandar'? "Kisahnya berpusat pada keluarga kriminal, dan saya mencoba menggali nilai-nilai kemanusiaan dari keluarga itu. Nilai-nilai yang lahir bersama aliran sejarah keluarga itu, yang kemudian menjadi alasan atau argumen kenapa keluarga itu menjadi keluarga kriminal," tuturnya.
'Bandar' menampilkan sebuah keluarga turun-temurun yang diwakili oleh 3 tokoh utama ibu (Dewi)- anak (Gopar)- cucu (Parlan). Sang ibu yang telah melewati perjalanan hidup penuh luka dan airmata, mewariskan sesuatu yang tak biasa kepada anaknya. Yakni, bisnis ganja.
(mmu/mmu)