Lini produk yang bernama The Sight From The East ini mereka gagas dengan sebuah akar nilai budaya. Jaket bekas, berbahan jeans di daur ulang dengan mengimbuhkan kain ikat yang dijadikan seperti emblem dan dijahit pada jaket tersebut. Model jaketnya beragam, begitu juga dengan potongan kain bermotif ikat khas Flores yang mereka pasang di jaket tersebut.
Hanya lini produk The Sight From The East lah, satu-satunya dagangan yang mereka buat sendiri dan dijual di toko milik mereka ini. Kreasi ini merupakan pemasukan utama bagi pasangan kekasih ini untuk menggarap proyek lain milik mereka, yakni situs yang mendokumentasikan kehidupan di Timur Indonesia bernama Menujutimur.com.
Tak heran, motif ikat khas Flores jadi salah satu karakter yang sengaja ditorehkan pada jaket-jaket yang merupakan produknya. "Kadang teman-teman pada nanya kan, kita berdua jalan-jalan terus uangnya dari mana? Ya, uangnya dari penjualan produk The Sight From The East ini," jelas Arya kepada detikHOT di acara Music Market di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan.
"Aku memang suka hunting di flea market, dan tertarik sama fesyen. Jadi aku punya beberapa denim di rumah dan untuk tenun, aku juga punya beberapa tenun di rumah dan aku memang suka yang etnik-etnik jadi aku coba kombinasikan," jelas Intan. Hal tersebut sekaligus menjadi sumber insipirasi bagi Intan untuk mengembangkan kreasinya menjadi sebuah bisnis yang menguntungkan.
Harga yang dibanderol untuk produk ini berkisar mulai Rp. 250 ribu hingga Rp. 350 ribu. Ada beragam jenis outwear yang mereka kreasikan, mulai dari jaket, rompi, hoody dan lainnya. "Setiap ada sisa barang di akhir season, semua produkya kita diskon 30% supaya cepat ada pergantiannya," kata Intan. Setiap bulannya mereka bisa menjual produk buatannnya ini sebanyak 50 sampai 60 item produknya.
Salah satu niatan besar yang membuat proyek kreasi ini tetap berjalan adalah, untuk mencari dana dari akar budaya Indonesia Timur untuk dikembalikan kepada masyarakat di sana. "Sebenarnya enggak hanya untuk travelling. Ini untuk mengembalikan ke Indonesia Timur apa yang kita temukan di sana. Seperti waktu itu ada pergerakan di sana yang butuh kamera poket, jadi dari penjualan kita sisihkan 30% untuk membelikan itu," jelas Arya.
(ass/hkm)