Lukisan 'Satrio Piningit' Jeihan dan Pilpres 2014

Jakarta - Di tengah hiruk-pikuk menjelang Piplres 2014, pelukis figuraftif Jeihan Sukmantoro membuat lukisan berjudul 'Satrio Piningit'. Lukisan ini menggambarkan dua sosok dalam personifikasi yang khas yakni hitam, tinggi, berpasangan, dan melakukan perjalanan dengan ditemani angin.

Karya ini berkisah mengenai sosok dan karakter gabungan antara realitas pikir dan realitas spiritual. Di situ terlihat bagaimana sikap hidupnya yang tak memungkiri adanya perbedaan, dualisme, wilayah abu-abu dan kemanunggalan antara berbagai hal.


"Lukisan ini menandakan bahwa Jeihan masih peduli terhadap nasib bangsa," ujar kurator pameran Mikke Susanto seperti rilis yang diterima detikHOT di Galeri Nasional, Kamis (26/6/2014).
Bagi Jeihan lukisan ini tidak memihak salah satu calon. Siapa pun yang terpilih harus menyadari esensi terpenting dari Indonesia adalah ke-Bhineka-an. Lukisan ini, kata dia, merupakan karakter bangsa.

"Inilah intisari pemikiran, dunia sufi dan visi Jeihan mengenai Indonesia," ungkap Mikke. Lukisan yang dikerjakan Jeihan awal Juni di studionya di kawasan Padasuka, Bandung ini hanya dibuatnya selama 30 menit.



Namun, ia mengatakan justru merasa sangat kelelahan seperti melakukan perjalanan jauh ratusan kilometer. "Saya menyaksikan ia sangat terengah-engah saat melukisnya. Bisa jadi karena tua tapi juga karena proses pencarian karakter sosok ini butuh proses spiritual yang dalam," tutur Mikke yang juga kurator Istana Kepresiden ini.

Jeihan merupakan salah satu pelukis kenamaan Indonesia. Lukisannya bercorak figuratif dengan obyek manusia bermata hitam. Dalam garis perkembangan seni rupa Indonesia, posisinya menempati era yang cukup penting. Ia berada pada masa perkembangan era 60-70an, bersama sejumlah pelukis yang muncul dari ranah akademis, Departemen Seni Rupa Institut Teknologi Bandung.


Lukisan 'Satrio Piningit' dipamerkan bersama 44 lukisan lainnya di Museum Nasional Indonesia, Jakarta pada dari 26 Juni hingga 5 Juli mendatang.


(tia/mmu)