Banyak Gagal, Tak Buat Semangat Ahadiat Surut

Jakarta - Kegagalan itu lumrah. Termasuk ketika membuat sebuah karya yang membutuhkan proses menuju bentuk sempurna hingga berkali-kali. Hal ini yang dialami oleh seniman keramik kontemporer Ahadiat Joedawinata.

"Saya mencoba untuk membuat keramik dengan adanya batas limit. Belajar tekanan dari tanah liat dan termalnya. Lebih dari 1200 derajat Celcius ternyata retak," katanya kepada detikHOT.


Pengalaman ini dicobanya dalam membuat karya berjudul 'Perahu Kehidupan'. Dalam versi kecilnya dengan panjang 38 sentimeter dan sudah dibuatnya di studionya yang terletak di Bukit Dago Utara, Bandung. Namun, Ahadiat penasaran ingin membuatnya dalam vesi besar yakni sekitar 2 meter.


Sayangnya, ia mengalami kegagalan lantaran retak ketika proses pembakaran keramik. "Saya bosan juga yah dengan yang kecil. Saya coba dimensi yang lebih besar, sekitar 2 meter 80. Tapi dalam proses belajar ada yang gagal," ujarnya.


Saat itu, dari mulai inspirasi muncul hingga keramik yang dibuat dengan teknik pijit, berhasil diselesaikannya dalam jangka waktu satu bulan. Ia pun sudah membakarnya dalam suhu 1200 derajat Celcius. Tapi, warnanya menurut Ahadiat masih terang kemerahan, ia pun mencoba membuatnya menjadi tampak lebih gelap.


"Saat di killen atau tungku pembakar besar, keramiknya butuh proses pembakaran dua hari, dan saya buat lagi. Coba lagi dan lagi, sampai kedua kalinya," kata Ahadiat.


Lantaran tenggat pembuatan dan jadwal pameran mepet, ia pun merelakan karya retak tersebut tak berhasil. Serta memamerkan hanya yang versi kecilnya. Tadinya, karya 'Perahu Kehidupan' versi besar tersebut akan menjadi bintangnya di pameran Ahadiat kali ini.


***


Sejak tahun 2000, Ahadiat tekun menciptakan karya-karya keramik secara kreatif. Meski usia belajar seni keramiknya masih seumur jagung, ia kerap kali mengulang proses percobaan tersebut. Selain belajar di studionya, ia pun kerap kali belajar di Plered, Purwakarta.



Di sana, dengan teknik kepekaan jarinya, ia bereksplorasi dalam medium yang lebih besar. Di Plered itulah, Ahadiat bisa membuat keramik dengan ukuran besar.


"Tungku pembakar di studio saya kecil, jadinya saya sering ke Plered. Saya belajar dari seniman keramik di sana, dan juga bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan lamanya. Eksplorasi banyak ide yang ada di otak saya," kata seniman yang tahun lalu baru saja mengikuti pameran di Fu le International Ceramic Art Museum di China.


(utw/utw)