Meski Indonesia Gudangnya, Alat Musik Bambu Kurang Diakrabi Bangsa Sendiri

Jakarta - Bambu sudah jadi bagian dari hidup keseharian orang Indonesia. Mulai sebagai senjata -- bambu runcing -- saat perebutan kemerdekaan, sebagai alat musik, bahkan sebagai makanan. Ingat isian kue lumpia dan sayur rebung yang nikmat itu?

Jadi mungkin kurang tepat jika justru negara yang dianggap akrab dengan bambu adalah Cina. Padahal faktanya dari 180 jenis bambu di dunia, 11 di antaranya tumbuh di Indonesia.


Sayangnya pengetahuan tentang bambu sebagai seni musik saja masih terbatas. Banyak di antara masyarakat yang hanya mengetahui bahwa alat musik bambu hanyalah angklung.


Padahal hampir setiap daerah di Indonesia punya alat musik dari bambu. Sebut saja arumba, kledik, jegok dan sebagainya.


Pekan lalu di Jakarta diselenggarkan Festival Musik Bambu Nusantara yang tahun ini sudah diselenggarakan untuk ke tujuh kalinya, untuk memperkenalkan kekayaan musik bambu di Indonesia. Berikut penelusuran detikHOT.


***


Bagi komposer musik Dwiki Darmawan, bambu itu unik. Dia mencontohkan di tanah Sunda, bambu dimanfaaatkan sepanjang kehidupan manusia, mulai dari awal kehidupan hingga dewasa.


Misalnya untuk memotong ari-ari pada bayi yang baru lahir, sebagai bahan perkakas rumah tangga, bahan bangunan. Hingga pelenggap irigasi dalam pertanian.


Bambu juga dianggap kaya akan filosofi. "Bambu mengandung unsur air, angin, tanah dan kayu. Semua terwakili oleh bambu, sehingga bambu jadi lambang keseimbangan dalam hidup," kata Dwiki kepada detikHOT saat Festival Musik Bambu Nusantara 2013 di Assembly Hall Jakarta Convention Center, Selasa (27/8/2013).


Tak heran di Indonesia bambu juga sering digunakan sebagai bahan alat musik. Sayangnya, masyarakat baru mengenal angklung saja. Padahal, menurut Dwiki masih banyak alat musik lain yang juga dibuat dari bambu.


Misalnya saja kledik, jegok, suling bambu, sarunai, saluang, dan sebagainya. "Jadi banyak banget macamnya," kata Dwiki. Belum lagi inovasi-inovasi alat musik bambu terbaru karya anak bangsa. Misalnya gitar bass dan gitar melodi yang dibuat oleh seniman Bandung.



Di Indonesia tercatat, hampir semua daerah punya alat musik dari bambu. Nah, festival musik bambu yang ketujuh ini, Dwiki berharap generasi muda banyak yang mengetahui alat musik ini tanpa berpikir menganggap rendah alat musik tradisional.


"Kita hidup dari para pejuang yang berperang dengan bambu runcing. Indonesia kaya dengan bambunya, dibandingkan Cina," kata Handiman Diratmasasmita, salah satu murid dari Bapak Angklung Indonesia, Daeng Soetigna kepada detikHOT Rabu (28/8/2013).


Menurut Handiman, bambu adalah simbol perjuangan dan kemiskinan. Padahal jika bisa diolah dengan baik, bisa menjadi ladang emas bagi Indonesia.


Handiman masih ingat bagaimana sejarah negara lain bisa memiliki angklung. Sebut saja bambu tutul yang terdapat di Thailand. Saat tahun 1908, rombongan negara tersebut mengunjungi Pulau Jawa, lalu mereka diberikan hadiah suvenir seperangkat angklung.


"Dari sini, mereka juga membawa benih bambu yang ada di Indonesia, dan mulai membudidayakan bambu dan membuat industri angklung. Mereka terkesima sekali dengan bunyi angklung," ujarnya.


Cara bermainnya pun masih termasuk golongan pemain angklung tradisional, sama halnya dengan warga Bandung Selatan. "Kalau ajaran main angklung Pak Daeng kan, semua tangan bermain, tapi dia tidak. Bisa gunakan satu tangan saja."


Kini, Handiman pun membuat modifikasi dari angklung sesuai dengan masa kini. Ia ingin angklung tidak hanya digunakan sebagai pelajaran ketika Sekolah Dasar saja, tapi semua orang bisa mengetahui alat musik ini.


(utw/utw)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!