Abu Djumhur, Melukis Dengan Serbuk Gergaji dan Bambu

Jakarta - Ada yang unik dari Festival Musik Bambu Nusantara 2013 pekan lalu. Karena bukan hanya memamerkan dan mempertunjukkan alat musik bambu semata. Tapi juga ada pameran lukisan yang menggunakan bahan baku bambu.

Ya, Abu Djumhur, 47 tahun, asal Bandung pada awalnya punya ide menggunakan limbah jadi barang berharga. Lima tahun lalu dia memilih serbuk gergaji dan bambu, dan usahanya itu kini tergolong sukses.


Pada awalnya Kang Abu, panggilan akrab Abu Djumhur, memilih serbuk gergaji saja. Namun, "Saya lihat levelnya masih handicraft atau kerajinan tangan saja. Saya pikir gimana caranya meningkatkan value bambu menjadi nilai seni," ujarnya kepada detikHOT di Rabu (28/8/2013).



Hingga kini, lukisannya banyak disukai penggemarnya dari dalam maupun luar negeri. Setiap tahun di festival musik bambu, Abu selalu mengikuti pameran tersebut.


Menurutnya, apresiasi dari pecinta seni di luar negeri cukup bagus. "Mereka menghargai apa yang saya buat. Dari local content menjadi global. Kata kuncinya adalah kreativitas," ujarnya.


Sebelum mencapai tahap konsistensi pelukis bambu, pria yang sempat kuliah di Seni Rupa Institut Teknik Bandung (ITB) ini pernah melalui tahap melukis dengan gaya realis, naturalis, maupun surealisme. Namun, ia tetap belum bisa menemukan hasratnya.


Dengan menggunakan bambu, setiap harinya ia bisa mendapatkan ide dari mana saja. Rata-rata objek lukisannya meliputi binatang seperti ikan, kupu-kupu, dan katak. Ide ini didapatkannya dari membaca lingkungan sekitar.


Proses pembuatannya, pertama adalah mencari pesan apa yang ingin disampaikan ke publik. Kemudian, Abu membuat sketsa dan langsung melukisnya di atas kanvas. Satu lukisan dibuatnya sekitar 10 hari.


Harga sebuah lukisan bambu miliknya dihargai sekitar Rp 25 juta. Tapi ketika dijual ke Eropa dan Amerika, ia bisa menaikkan harganya menjadi Rp 45 sampai Rp 50 juta.


Pria kelahiran 12 Juni 1964 mengakui masih banyak ide yang belum dieksplorasi ke dalam lukisannya. Seperti lukisan bergaya figur yang sekarang sedang menjadi tren. Namun, jika dikombinasikan dengan teknik bambu, tentu saja akan menjadi sebuah lukisan yang besar.



"Mungkin bisa satu meter. Wajah orang dengan detilnya, itu sulit. Enggak segampang kita buat drawing," kata Abu.


Kesuksesannya ini didapatkannya dari darah seni keluarganya. Sejak 1980-an ia sudah mulai melukis. Berbagai penghargaan pernah diraihnya seperti Best Nomine West Java Painting Competition, pemenang Islamic Calligraphy Competition di Jawa Barat pada 1982.


Selanjutnya Abu juga pernah meraih MURI untuk payung lukisan Sunda terbesar di dunia. Serta pameran bersama yang baru saja dijalaninya adalah 9th International Art Festival and Art Workshop di Thailand pada Januari-Februari lalu.


(utw/utw)