Pada satu waktu, ia mewawancarai seorang artis baru bernama Evita Fanny. Keadaan lalu menjadi rumit ketika tiba-tiba ada sejumlah foto mereka yang beredar luas. Poppy pun meradang cemburu. Pada saat yang sama, dikisahkan pula tentang Rini, putri pemilik kantin sekolah yang ditaksir oleh banyak siswa Merah Putih. Singkat cerita, Rini difitnah bahwa kantinnya menjual minuman keras.
Hal itu menjadi pintu masuk untuk mempertemukan Rini dengan Lupus. Setelah fitnah itu, Rini memang tak lagi berjualan di kantin sekolah, melainkan pindah ke teminal. Lupus dengan instingnya sebagai wartawan akhirnya mencoba untuk melakukan investigasi, mencari tahu siapa yang membuat Rini dan ibunya terdepak dari kantin SMA Merah Putih.
Anda sudah akrab dengan cerita di atas? Ya, itu memang cerita dari film 'Lupus: Tangkaplah Daku Kau Kujitak" (Achiel Nasrun, 1987). Film pertama dari lima jilid sebelum akhirnya di tahun ini karakter Lupus dibangunkan lagi lewat 'Bangun Lagi Dong Lupus'. Karakter Lupus begitu melekat dengan mendiang aktor Ryan Hidayat, seperti tokoh Superman dengan Christopher Reeve.
Siapa pun yang mencoba memerankan Lupus akan selalu dibandingkan dengan Ryan Hidayat, karena ia tak hanya mampu menampilkan karakter Lupus seperti yang digambarkan di novel karangan Hilman Hariwijaya sebagai sumber aslinya, namun juga memiliki karisma yang kuat. Oka Sugawa, Rico Karindra, Irgy Ahmad Fahrezy, Attar Syah adalah sederet nama yang juga pernah menghidupkan kembali karakter Lupus lewat sinetron, dan hasilnya tak cukup memuaskan.
Kini, Lupus (Miqdad Addausy) tak lagi jahil. Peran itu sekarang digantikan oleh adiknya, Lulu (Mela Austen) yang pagi itu berhasil menjahili Lupus dengan sengaja menyabotase jam wakernya sehingga Lupus bangun kesiangan. Kesal karena dijahili, Lupus menguliahi Lulu bahwa karena perbuatannya ia menjadi tak sempat mengantar pesanan katering ibunya dan absen salat Subuh. Lulu pun meminta maaf. "Minta maaf aja sama mamih, dan sama Allah," begitu jawab Lupus, dan tiba-tiba Miqdad Addausy terlihat seperti Dude Herlino dengan citranya yang sopan, saleh, penuh bakti terhadap orangtua, dan disukai ibu-ibu pengajian.
Di hari pertamanya masuk SMA Merah Putih, Lupus bertemu dengan Poppy (Acha Septriasa) dan langsung jatuh hati. Namun Poppy sudah memiliki kekasih bernama Daniel (Kevin Julio), cowok bossy yang sepertinya disegani di sekolah. Alih-alih berprofesi sebagai wartawan, Lupus yang satu ini disibukkan dengan proyek go green, sesuatu yang berhubungan dengan tanaman. Di sekolah Lupus pun bersahabat dengan Boim (Alfie Alfandy), Gusur (Jeremy Christian), dan Anto (Fabila Mahadira). Lupus tak begitu saja merebut Poppy dari Daniel. Karena sifatnya yang baik hati dan santun, Lupus malah menolong Daniel untuk tetap mempertahankan hubungannya dengan Poppy.
Film berdurasi 90 menit ini berputar-putar di antara Poppy dan Lupus tanpa ada konflik yang berarti --bandingkan dengan 'Lupus: Tangkaplah Daku Kau Kujitak' yang berdurasi 87 menit namun mampu tampil maksimal dan solid. Naskah yang ditulis oleh si pengarang aslinya, Hilman Hariwijaya, serta dicampurtangani oleh Benni Setiawan yang bertindak sekaligus sebagai sutradara, tampil tak ubahnya suguhan FTV.
Film yang diproduseri oleh Eko Patrio ini berusaha keras untuk tampil lucu, namun di saat bersamaan juga ingin membuat tokoh Lupus menjadi semacam panutan baru kawula muda. Usaha yang gagal, bahkan Eko Patrio yang juga tampil berperan sebagai tokoh guru olah raga tak memberi nilai kelucuan apa pun selain usahanya untuk tampil narsis. Ironis, film yang diproduserinya menjadi begitu buruk justru karena penampilannya sendiri.
Menginterpretasi ulang tokoh Lupus adalah pilihan yang sah, namun untuk membuatnya disukai dan mewakili suatu era dibutuhkan usaha ekstra. Satu dekade lalu, kita memiliki Rangga lewat 'Ada Apa Dengan Cinta?' (Rudy Soedjarwo, 2002). Pesona dan kharisma Nicholas Saputra sebagai Rangga setara dengan apa yang dilakukan Ryan Hidayat terhadap karakter Lupus. Miqdad Addausy tak memiliki kharisma itu, dan film ini telah gagal saat ia berpura-pura menjadi Lupus mengawali lakonnya dengan terbangun dari tidur di awal film.
Acha Septriasa tampil kurang maksimal sebagai Poppy. Perannya berada di bawah bayang-bayang Dian Sastro sebagai Cinta dalam (lagi-lagi) 'Ada Apa Dengan Cinta?' yang karakternya sama-sama mirip, yaitu pemimpin redaksi majalah sekolah. Acha tak mampu terlihat pintar, tak cukup meyakinkan, dan itu karena geraknya dibatasi oleh naskah yang lemah. Lagi-lagi ironis, film ini justru tampil begitu buruk karena penulis sumber aslinya sendiri, Hilman Hariwijaya, yang tak mampu menginterpretasi ulang tokoh rekaannya sendiri dan seakan tersesat di zaman sekarang.
Bila Lupus masih ingin bangun dan mengisi hari-harinya di SMA Merah Putih, sebaiknya lain kali ia bangun lebih pagi lagi sebelum subuh tiba. Ada baiknya Lupus salat tahajud dan memohon kepada Tuhan agar lain kali ia ditangani oleh orang yang tepat yang tahu betul bagaimana caranya bernostalgia, seperti Putrama Tuta dengan 'Catatan (Harian) si Boy'-nya yang dirilis dua tahun lalu. Nah, sambil menunggu itu terjadi, sebaiknya tidur lagi aja, Pus!
Shandy Gasella pengamat perfilman Indonesia
(mmu/mmu)