Sita, 23 tahun, lebih senang membaca buku fisik dibanding e-book. Alasannya, ia tidak terlalu suka berlama-lama di depan komputer atau gadget.
"Kalau saya enakan baca buku langsung begini. Kalau e-book bikin mata jadi pegal," katanya di Istora Senayan, Rabu (6/11/2013).
Begitu pun dengan yang dirasakan Zulmi, 21 tahun, seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta. Meski dibanderol lebih murah, e-book justru tidak begitu nyaman dibaca.
"Ya kalau saya kan bukan gadget mania, jadi lebih senang baca buku biasa. Mungkin ada pangsa pasar sendiri buat e-book," ujar Zulmi.
Salah satu staf penerbit Mizan, Amir, mengatakan, kehadiran e-book tidak mempengaruhi penjualan buku-buku fisik karena memang memiliki karakteristik berbeda.
Mizan sendiri menerbitkan versi e-book untuk beberapa produk buku, terutama yang berkategori best seller. Harga yang jauh lebih murah didukung oleh efisiensi kertas menjadikan e-book punya pasar sendiri.
"E-book memang lebih murah, tapi buku-buku biasa pun masih tetap laris. Jadi, ada yang memang suka e-book, ada juga yang suka buku fisik. Tergantung masing-masing orang," kata Amir.
(utw/utw)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!