Keramik Pecah ala Ahadiat Terinspirasi dari Telur

Jakarta - Ada yang menarik pada pameran keramik yang bertajuk 'Memberi Makna Pada yang Fana' yang diselenggarakan Sarasvati Art Management dari tanggal 15 hingga 27 Agustus. Keramik diharapkan tidak lagi dianggap sebagai wadah belaka. Tapi juga memiliki kandungan nilai filosofi.

Seniman kontemporer Ahadiyat Joedawinata, 70 tahun memamerkan 50 karyanya dikumpulkan dalam kurun waktu hampir 1,5 tahun. Beberapa di antaranya dibuat di workshop miliknya di Jalan Bukit Dago Utara. Sebagian besar di antaranya juga dibuat di Kecamatan Plered, Purwakarta.


Di sana, ia bisa membuat keramik dalam ukuran dan wadah pembakaran yang lebih besar. Di Plered, memang terkenal sebagai kawasan sentra industri pembuatan keramik.


Menurutnya, setiap bahan-bahan dasar keramiknya dieksplorasi dan digunakan hingga batas yang sangat tipis. Sehingga menimbulkan kesan rapuh, retak, bolong, patah, tak sempurna, tapi dinilai memiliki keunikan tersendiri.


***


Ahadiyat menyebut saat dalam koleksi kali ini sangat terinspirasi oleh telur.

Telur sebagai produk alam bagi Ahadiyat memiliki kekuatan magis. Ia memiliki bentuk yang sempurna, dan bisa mengatur suhu panas bagi makhluk hidup di dalamnya.


"Termalnya tidak membuat yang di dalamnya kedinginan. Secara biologis ia melindungi. Bentuk dalam keadaan pecah pun pasti bagus. Tipis tapi mantap, saya pun terinspirasi dari telur," katanya kepada detikHOT di Ruang Pamer, Museum Nasional Jalan Medan Merdeka Barat 12 Jakarta Pusat, Kamis (22/8/2013).


Selain itu, Ahadiat juga terinspirasi dari biji kopi, dedaunan, pepohonan, dan sebagainya. Berbagai produk tersebut diolah sehingga menimbulkan energi dan gagasan baru.


"Ada muatan praktis, estetik, dan simbolik. Muatan simbol itu akan menjadi seimbang dengan elemen unsur lainnya," ujar pria kelahiran Cirebon 31 Januari 1943 ini.


"Saya juga bereksperimen dengan bahan stoneware sampai setipis mungkin yang merupakan batas-bawah. Bila dibuat lebih tipis lagi, keramiknya bisa pecah ketika dibakar pada suhu 1.200 derajat Celcius," katanya.


Keramik yang memberikan kesan rapuh dan tak sempurna itu diidentikkan seperti kecantikan dan kehidupan tersembunyi. Bagaimana pun, manusia berusaha berdiri dan bertahan hidup, namun tetap saja ada batas daya tahannya.


Berbagai pengalaman kreatif Ahadiat belajar dengan media keramik terlihat dalam setiap karya yang dipamerkan. Seperti karya Energi II yang berwarna gelap dan terlihat berlubang panjang, dan Bola Kehidupan II yang berwarna merah dengan lubang besar dan banyak lubang kecil, di bagian bawah juga terdapat gerigi-gerigi kecil.



***


Tak hanya itu saja, pengalaman unik lainnya juga dialami dosen di Departemen Seni Rupa, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Bandung (ITB) pada keramik berjudul 'Perahu Kehidupan.' Bentuknya yang memanjang dan di dalamnya terdapat seperti aliran sungai. Simbol tersebut dinilai sebagai perenungan antara dalam dan luar.


"Ahadiat melihat tubuh keramik sebagai dinding pemisah yang menghadap ke luar dan ke dalam. Dari pengamatannya ini, muncullah perenungan tentang Inside dan Outside," ujar kurator Jim Supangkat.


Insiprasi dan gagasan baru pada pamerannya kali ini yang ditampilkan Ahadiat adalah ilustrasi secara visual dari sudut pandang seniman. Jika dipandang dari segi interior desain tentunya ada objektif yang lebih jelas.


Untuk mendapatkan ide dan obyek baru, ia mengatakan harus sering melakukan perjalanan. "Melihat benda, pengalaman, dan objek baru. Sama halnya dengan telur yang sangat mengesankan. Banyak gagasan yang muncul karena telur."


(utw/utw)