Asosiasi Sembilan Profesi Pekerja Film Indonesia Resmi Berdiri

Jakarta - Setiap tahun, pertumbuhan perfilman Indonesia mengalami pasang-surut dalam prosesnya. Hal inilah yang kemudian mendasari berdirinya asosiasi profesi perfilman Indonesia yang bernama IMPAS (Indonesia Motion Pictures Association).

IMPAS yang menaungi sembilan asosiasi pekerja film dengan spesifikasi berbeda, mulai disahkan hari ini, Senin (2/9/2013) di Gedung Sapta Pesona Kemenparekraf, Jakarta Pusat.


Ada Indonesia Film Directors Club (IFDC), Rumah Aktor Indonesia (RAI), Indonesia Motion Picture and Audio Association (IMPAct) serta Penulis Indonesia Untuk Layar Lebar (PILAR). Selain itu Asosiasi Produser Sinema Indonesia (APSI), Sinematografer Indonesia (SI), Indonesia Film Editors (INAFEd), Indonesia Production Designers (IPD) dan terakhir Asosiasi Casting Indonesia (ACI).


"Ini hari yg berbahagia, ini deklarasi. Ini mimpi kita semua, mimpi kita bersama. Bagaimana kita bisa mimpi bersama kalau kita nggak tidur seranjang," ucap Menteri Pariwisata Dan Ekononi Kreatif, Mari Elka Pangestu dalam sambutannya.


Sembilan asosiasi itu diketuai oleh nama-nama yang sudah tidak asing di panggung seni peran Tanah Air. Sebut saja Lukman Sardi sebagai ketua RAI, ada juga Tya Subiakto, Ketua IMPAct, Lasja Susatyo Ketua IFDC dan nama-nama lain yang berkompeten di bidangnya masing-masing.


"Pemikiran ini sudah ada dari 4 tahun yang lalu, karena ini saat-saat yang urgent untuk kita (aktor) ikut serta dalam perfilman Indonesia," ujar Lukman Sardi dalam pidato singkatnya.


"Menurut kita, regenerasi juga sudah mukai agak stuck. Itu juga alasan kita bergabung di sini," lanjut aktor watak itu.


Suara-suara setuju dan positif lainnya juga terdengar dari masing-masing asosiasi. Banyak pekerja film berharap, lahirnya IMPAS dan sembilan asosiasinya bisa menjadi jembatan bagi mereka dan pemerintah.


"Pertama ini bagus. Karena pekerja film butuh perserikatan, butuh adanya standar kerja. Kita juga bisa jadi partner pemerintah tentang pembuatan kebijakan yang berhubungan," jelas Joko Anwar yang juga turut hadir.


"Kedua, selama ini para pekerja film nasibnya terombang-ambing. Dengan adanya asosiasi ini, nasib pekerja film bisa dipegang sendiri," tambah Joko.


(hap/ich)