'We are What We Mask', Melongok Karya Anak Bangsa di Singapura

Jakarta - Setelah sukses berkolaborasi dengan merek fashion ternama Louis Vuitton, seniman asal Yogyakarta Eko Nugroho kembali bersiap unjuk gigi pada pameran tunggal yang akan diselenggarakan di Singapura.

Berdasarkan situs pribadi Eko, pameran itu rencananya akan berjudul "We are What We Mask" dan berlangsung di Singapore Tyler Print Institute. Pameran yang berlangsung 1,5 bulan (6 September - 7 Oktober 2013) ini terinspirasi dari keanekaragaman Indonesia dalam bentuk topeng dari kertas.


"Proyeknya di medium kertas yang dicetak berupa topeng, lalu nanti akan dipakai dan dipotret. Ada unsur seni fotografinya juga," kata Eko di butik Louis Vuitton, Plaza Indonesia, Selasa (23/7).


Ya, pria lulusan Institut Seni Indonesia ini memang bukan spesialis pelukis semata. Tak jarang dia juga berkreasi di berbagai media lain. Mulai dari mural, patung animasi dan permadani.


Topik karyanya seringkali mengupas masalah sosial dan kemanusiaan. "Orang sekarang kehilangan kebebasan dan saya sangat tertarik pada situasi dimana ada semacam latar belakang sosial dan politik dalam seni," kata Eko.


"Topik utama dalam karya saya sejak 2008 lebih ke arah kehidupan modern di area urban. Karya saya juga sangat terpengaruh pada street art dan saya banyak bekerja di ruang publik dan komunitas lokal," kata Eko seperti dikutip situs arndtberlin.


Sebagai bagian dari persiapan pameran di Singapura, pria yang identik dengan rambut terkuncir ini sedang mengumpulkan berbagai sketsa yang nanti ditampilkan. Tapi, kenapa harus topeng? "Topeng sebagai simbolisasi identitas manusia. Identitas lain manusia sembunyi di dalam topeng. Dan buat saya identitas itu penting," ujarnya.


Walaupun bukan pergelaran tunggal pertama, namun Eko tetap merasa luar biasa gembira sekaligus deg-degan. Apalagi, dia harus menetap di sana selama kurun waktu yang cukup lama. "Iya, sementara tinggal di sana sebulanan-lah. He-he. Lumayan lama juga," katanya.


Beberapa pergelaran seni internasional yang juga diikuti seniman kelahiran 1977 ini adalah RALLY : Contemporary Indonesian Art, Jompet Kuswidananto & Eko Nugroho di National Gallery, Victoria, Australia tahun 2012, X Biennale de Lyon : Spectable of the Everyday tahun 2009, Trans-figuration : Indonesian Mythologies di Espace Culturel Louis Vuitton tahun 2011, Beacons of The Archipelago : Contemporary Art from Southeast Asia di Arario Gallery, Korea Selatan tahun 2010, dan masih banyak lagi.


(fip/utw)