Hal itu diungkapkan Yadi saat berbincang dengan detikHOT di Coffee Bean, Gedung Trans TV, Jakarta Selatan. Menurut co-host program 'Show Imah' itu, perjalanannya saat merintis karier penuh dengan air mata.
"Di depan penonton saya selalu tertawa. Tapi kalau cerita merintis karier dulu itu nggak gampang. Meraihnya penuh perjuangan, keringat, air mata, caci maki, dan cemoohan," ungkapnya.
Dikisahkan Yadi, dirinya mengawali karier dengan menjadi sopir komedian Akrie 'Patrio' pada 1997. "Pokoknya kerjaan saya itu ya sopir, asisten bawa-bawain pakaian, nyuci mobil, siapin semua keperluan syuting. Pokoknya semuanyalah," kenangnya.
Selama dua setengah tahun bekerja bersama Akrie, Yadi pun diangkat menjadi kru acara lawak di TV 'Ngelaba' milik Patrio. Dari situlah terbersit keinginan di benaknya untuk menjadi pelawak. Ia pun membentuk grup 'Sembako' bersama Kiwil dan Murphy.
"Setelah membentuk grup 'Sembako', kita ikut lomba lawak di Radio SK. Dapat juara 2, lalu kita siaran di sana," ucapnya. Saat itu Yadi hanya dapat bayaran Rp 10 ribu setiap siaran selama satu jam di akhir pekan.
Jelas, saat itu bayaran tersebut dirasa Yadi tak cukup untuk menyambung hidup di Jakarta. Bersama Kiwil sahabatnya, mereka pun sering mendatangi lokasi syuting program komedi TV 'Spontan'.
"Dulu kita sering datang ke lokasi syuting 'Spontan', berharap diajak main. Tapi nunggu sampai pagi, ternyata tetap nggak diajak. Tapi besoknya kita tetap datang-datang lagi. Siapa tahu diajak," kisahnya.
Ketika itu Yadi dan Kiwil hanya mengandalkan sebuah motor butut sebagai alat transportasi untuk mencari kerja. Pria kelahiran Jakarta, 12 Juli 1973 itu pun kini punya banyak kenangan dengan motor sahabatnya tersebut.
"Dulu pernah kehabisan bensin, sedangkan uang tinggal tiga ribu rupiah. Akhirnya kita milih uangnya buat beli bensin daripada makan, supaya sampai di lokasi syuting. Terpaksa nahan lapar," kenangnya lagi.
"Terus pernah juga waktu itu ban motornya bocor. Karena saya sama Kiwil nggak ada uang sepeser pun, terpaksa gadai KTP ke tukang tambal ban. Besoknya baru kita ambil," sambungnya.
Berkat kegigihannya mendatangi lokasi syuting, Yadi akhirnya diajak untuk bermain dalam program 'Spontan'. Semenjak itu, nama sosok pemilik tinggi 166cm dan berat 65kg itu pun mulai dikenal luas.
Karier Yadi kemudian makin bersinar dengan membintangi sejumlah sinetron, FTV, film layar lebar, dan menjadi presenter. Untuk film, ia telah tampil di belasan judul antara lain 'Tiren: Mati Kemaren', 'Tulalit', 'Susuk Pocong', 'Hantu Tanah Kusir', 'Suster Keramas', dan 'Nenek Gayung'.
Berbagai pengalaman pahit yang diceritakan Yadi di atas menurutnya hanya sedikit dari kisahnya saat merintis karier. "Kalau diceritain semua bisa nggak kelar-kelar seminggu," selorohnya seraya mengakhiri perbincangan.
(bar/mmu)