Kematian dan Kostum Penari Sufi

Jakarta - Tarian sufi punya ciri khas tersendiri dibanding jenis tarian lain. Keunikan itu terdapat pada kostum yang dikenakan, juga gerakan memutar ke arah kiri.

Penari sufi dan pemilik Zawiyah Pondok Rumi, Workshop Whirling Dervishes Rumi & Sufi Meditation Center Arief Hamdani mengatakan tarian ini tak hanya mengandalkan kekuatan cinta pada Ilahi saja melainkan makna filosofi kehidupan.


"Tarian sufi bukan sembarang tarian. Kostumnya saja punya filosofi dan makna," kata Arief kepada detikHot, Senin (22/7/2013).


Dia bercerita, filosofi pertama terletak pada bagian topi memanjang yang dikenal dengan sebutan sikke. Sikke melambangkan batu nisan para wali dan sufi yang ada di dataran Timur Tengah.


"Ada keindahan semacam energi cinta yang memancar dari makam wali yang ada disana. Tapi, bukan berarti berdoa pada makam. Berdoa tetap pada Allah," ujarnya.


Selanjutnya, jubah hitam dan tenur putih yang masing-masing melambangkan alam kubur dan kain kafan. Maknanya agar senantiasa manusia selalu mengingat kematian.


Arief menuturkan, selalu mengingat kematian merupakan salah satu cara paling dahsyat untuk mengendalikan hawa nafsu dan ego duniawi. Seorang penari sufi diartikan sama dengan berjuang melawan ego.


"Warna kostum asli (penari sufi) hitam dan putih. Mengingat mati sebelum mati. Ini berguna untuk mengendalikan ego. Islam itu indah mengajarkan kelembutan. Jihad yang sebenarnya ya melawan ego, bukan berperang dengan kemarahan," katanya.


Di bagian kaki, penari sufi memakai alas khusus yang disebut kuff. Konon, Nabi Muhammad SAW pada saat musim dingin selalu mengenakan kuff dalam perjalanan kemanapun, terutama pada musim dingin.


Yang istimewa, jika seseorang memakai kuff pada saat berwudhu, maka tidak perlu dilepas seperti sendal atau sepatu biasa. Ada alasannya. Apa itu?


"Untuk menghindari menjejak bumi secara langsung karena energi bumi cenderung negatif, penuh keduniawian. Rasul suka pakai kuff saat musim dingin, lalu dilapisi lagi dengan sandal. Kuff sendiri terbuat dari kulit," ujar Arief.


Sementara, gerakan memutar ke arah kiri melambangkan putaran alam semesta, putaran tawaf di Ka'bah, dan putaran surgawi Ilahiah.

"Sudah insting, lomba lari juga pasti memutarnya ke arah kiri. Hanya jarum jam yang berputar ke kanan," katanya.


Terakhir, kostum jubah berukuran besar mengikuti pakaian yang dikenakan Rasullullah pada saat itu. Dengan kostum yang berukuran besar di bagian bawah, tarian akan lebih indah dan menarik.


(utw/utw)