Kebiasaan hingga kenangan mengenai kedai kopi jadul tersebut tertuang dalam tulisan sebuah jurnal yang digarap oleh seniman Yuka Dian Narendra. Dalam catatan keseharian para pelanggan tersebut, Yuka juga mengalami hal yang sama.
Delapan tahun lalu, ia mulai rutin ngopi di Tak Kie. Lambat laun, pengajar seni tersebut melakukan observasi. Yuka bersama lima seniman lainnya kali ini memajang karya-karya berjudul 'Recollecting Memory' hingga 16 Maret 2015.
"Tiap kali saya ngobrol dengan para pelanggan, saya punya ide yang mau digarap. Kali ini, bentuknya berupa teks," katanya saat sesi artist talki, kemarin.
Baca Juga: Kedai Kopi Tak Kie Glodok Jadi Inspirasi Berkarya 6 Seniman
Wahyudi Pratama justru baru pertama kali masuk ke dalam kedai kopi jelang eksibisi. Ia langsung teringat akan film-film laga Mandarin yang digemarinya semasa kecil. "Tanpa disadari ada relasi antara pengalaman saya dan kenangan masa kecil. Ketika saya drawing saya menyukai ikon-ikon di sketsa," ungkapnya.
Tak hanya gambar ikon Bruce Lee saja yang digambar Wahyudi, tapi juga terdapat Elvis Presley, Kim Jong-Un, Fidel Castro, Andy Lau, Hiroyuki Sanada, Teresa Teng, Mao Tse Dong, dan lain-lain.
Kenangan lama lainnya dialami oleh duo seniman yang membuat karya 'Golden Love Songs'. Seniman Eben Andreas dan Rezanov membuat ulang lagu-lagu Mandarin, Taiwan, dan Canto-pop dengan gaya berbeda.
Melalui audio, para pendengar seolah diajak ke tempat dan waktu yang berbeda sesuai dengan pengalaman keduanya. Tertarik berkunjung ke pameran seni di kedai kopi Tak Kie? 'Recollecting Memory' digelar sampai 16 Maret 2015 dari pukul 7 pagi sampai 2 siang.
(tia/mmu)