Agus Noor Rombak Dua Naskah Penulis Senior Teater Gandrik

Jakarta - Kesuksesan pementasan 'Tangis' Teater Gandrik di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) sehingga tiket terjual ludes, tak terlepas dari peran penulis naskah. Agus Noor didapuk menjadi penulis yang merombak dua naskah asli penulis senior Gandrik Heru Kesawa Murti.

Dua naskah tersebut adalah 'Tangis' dan 'Juragan Abiyoso'. Keduanya awalnya dipentaskan untuk drama televisi dan ke panggung teater pada 1989 silam. Dua puluh lima tahun kemudian, Teater Gandrik mementaskannya kembali dalam dramatic readling Oktober 2014. Serta di Universitas Gajah Mada (UGM) atas permintaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akhir tahun lalu.


"Jadi naskah yang dibikin Mas Agus Noor dengan yang di KPK kemarin gayanya Gandrik. Bereksperimen, struktur diubah-ubah. Mas Agus Noor ini legowo, naskahnya bisa nggak sesuai dialog yang ditulis dan dia merelakannya karena beginilah tradisi Gandrik," kata sutradara Djaduk Ferianto, Rabu (11/2/2015).



Baca Juga: Program Studi Teater IKJ Pentaskan 'Pinangan' Anton Chekov

"Dua kali naskah disusun ulang, dibenahi, dan disusun lagi. Ketika latihan bisa ditemukan temuan-temuan dialog baru," ujar penulis 'Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia' ini.


Kisah 'Tangis' ini menceritakan tentang Juragan Abiyoso seorang pemimpin perusahaan batik. Ia harus melimpahkan kekuasaan kepada generasi muda tapi terjadi carut marut korupsi di tubuh perusahaannya dan masa lalu makin membuat Abiyoso hilang arah.


Agus sendiri mengakui diberikan kebebasan untuk menulis ulang naskah. Tapi ia tetap memakai karakter sesuai naskah asli, sedikit pemain dan peran ganda. Selain dinilai membawa angin segar pada Gandrik, nama Heru Kesawa Murti juga dianggap bersejarah membawa Gandrik ke masa gemilang.



"Itulah problem sekaligus tantangan Teater Gandrik pasca Heru Kesawa Murti," ucap Agus.

Simak artikel lainnya soal pementasan 'Tangis' karya Teater Gandrik hari ini!


(tia/mmu)