Karya Jalaluddin Rumi Melampaui Perbedaan Antar Agama

http://us.images.detik.com/content/2014/04/17/1059/rumi2.jpgMakam Rumi di Konya, Turki. (dok.wikipedia)


Jakarta - Meski penyair besar Jalaluddin Rumi hidup di bentangan masa sekitar 800 lalu, keelokan sajak-sajaknya seolah tak ikut termakan waktu. "Kini, aku merasakan ada sebuah pergerakan global yang kuat, yang nadinya ingin memecah batasan antar agama dan menghapus kekerasan berbasis agama," ujar Brad Gooch, penulis biografi Rumi, seperti dilansir pada BBC (15/04/2014).

Ini dikatakan Gooch lantaran menyaksikan semangat orang-orang yang datang dari latar agama berbeda-beda datang ke pemakaman Rumi sejak tahun 1273 silam hingga kini. Mereka berkata, yakin pada kepercayaannya masing-masing. "Ini adalah elemen yang sangat kuat dan sangat menarik."


Menurut Gooch, Rumi merupakan seorang penemu yang bersifat eksperimental di antara para penyair Persia dan para ahli sufi. Elemen yang kaya akan mistisisme ia kombinasikan dan menjadi kunci kepopulerannya di masa kini.


Salah satu penemuan pertama dari Rumi ia arahkan langsung kepada pembaca. "Kurasa pembaca di era kontemporer ini akan merespon dengan baik, dan bisa berinteraksi langsung dengan yang dituliskan oleh Rumi."


Hal kedua yang jadi perhatian besar dari Rumi adalah keinginannya yang besar untuk mengajar. Ini juga yang membuat para pembaca sajak Rumi seolah ikut larut dalam bacaan mereka. Juga ketika Rumi mengucapkan pentingnya imajinasi dalam keseharian dan tentang optimisme untuk penyatuan manusia dengan batinnya.


Salah satu orang yang menjadi energi dari sajak Rumi adalah Mojaddedi. Dialah yang merampungkan enam volume dari karya utama Rumi, The Masnavi. Menurutnya karya dari Rumi adalah sajak mistisme terpanjang yang pernah ditulis sepanjang masa, ini salah satu faktor yang membuatnya signifikan.


(ass/utw)