Kitab Masnavi yang disimpan di museum Rumi. (dok.wikipedia)
Belakangan ini, karya Rumi bahkan mampu terjual hingga jutaan eksemplar, menjadikannya sangat populer terutama di Amerika Serikat. "Ia adalah figur yang menarik bagi semua budaya," kata Brad Gooch, penulis biografi Rumi, seperti dilansir pada BBC (15/04/2014). "Peta hidup Rumi mencakup hingga lebih dari empat ribu kilometer."
Sebagai penulis biografinya, Gooch pun melakukan perjalanan mulai dari tanah kelahiran Rumi di kota kecil Vakhsh, Tajikistan. Ke Samarkand di Uzbekistan, Lalu Iran dan Syria, tempat di mana Rumi belajar di Damascus dan Aleppo pada usia 20 tahunan. Perjalanan Gooch berakhir di Konya, Turki di mana Rumi menghabiskan sekitar 50 tahun dari hidupnya di sini.
Momen yang banyak mengubah kehidupan Rumi terjadi pada tahun 1244, saat ia bertemu sosok pria bernama Shams asal Tabriz. "Rumi saat itu berusia 37 tahun, ia adalah seorang muslim tradisional, sama seperti ayah dan kakeknya," jelas Gooch. Bersama Shams, Rumi menjalin pertemanan yang sangat dekat dan intens selama tiga tahun.
Shams memberikan banyak pengaruh padanya, terutama soal mistisisme. Shams pun menghilang begitu saja, hilangnya Shams tanpa jejak memberi pelajaran berharga pada Rumi terutama soal perpisahan. Rumi bertahan dari keadaan itu dengan menuliskan banyak syair.
"Kebanyakan syair datang pada usianya yang ke 37 hingga 67 tahun. Ia menulis sekitar 3000 lagu bagi Shams, Rasullullah dan Tuhan. Ia juga menuliskan 2000 rubayat. Ia menulis dalam 6 volume buku soal spiritiual, berjudul Masnavi."
Berlanjut dari sajak dan syair, Rumi juga banyak mempraktekkan puisinya dalam tarian dan musik. "Rumi akan berputar sembari meditasi dan membuat puisi," jelas Gooch. Hingga kini, ajaran Rumi berupa tarian dan puisi-puisinya terus menginspirasi dunia. Terus dipraktekkan dan menebar cinta kasih seperti apa yang diidamkan oleh Rumi semasa hidup.
(ass/utw)