'Native': Kesempatan Ketiga OneRepublic

Jakarta - OneRepublic adalah satu dari sedikit band alternative rock yang sukses dalam dunia pop komersial. Mereka mencetak sejarah dengan 'Apologize' yang telah mengubah hidup mereka selamanya dan akan terus dinyanyikan sepanjang masa. 'Apologize', debut single dari debut album 'Dreaming Out Loud' (2007), berhasil meracuni radio-radio di Amerika untuk memutarkan lagu ini sebanyak 10.331 kali dalam satu minggu, sebuah rekor yang hanya bisa dikalahkan oleh Leona Lewis dengan 'Bleeding Love'-nya.

Namun, bersamaan dengan itu pula, muncul beban yang menimpa pundak Ryan Tedder dkk. Apakah selanjutnya mereka bisa mencetak bintang yang sama indah? Yang akan membuat karier mereka semakin terang dibandingkan sebelumnya? Pertanyaan sama yang akan ditanyakan kepada setiap band yang first single-nya menjadi hits wonder. Sayangnya mereka tidak terlalu berhasil menjawab pertanyaan itu ketika album kedua, 'Waking Up' (2009) diluncurkan. Walaupun dari album tersebut lagu-lagu hit seperti 'Secrets', 'Marchin On', dan 'Good Life' dilahirkan, chart membuktikan bahwa album ini belum sanggup untuk melawan kuasa 'Apologize' yang begitu kuat melekat di hati.


Anggaplah mereka gagal dalam menggunakan kesempatan kedua yang mereka punya. Namun, kini OneRepublic telah siap untuk kali ketiga dengan merilis 'Native' (2013), yang menampilkan 12 rekaman baru yang belum pernah kita dengar selama 3 tahun belakangan. 'Native' adalah kesempatan mereka yang ketiga (atau mungkin terakhir) untuk mengembalikan karier mereka yang kini telah meredup bagai bintang yang tak pernah dipoles. Sanggupkah mereka kembali bersinar?


Jika ditelusur dari track pembuka, 'Counting Star' yang sedikit bernapaskan folk-rock ala Mumford & Sons, ada secercah harapan yang mereka punya. Kontras pada lagu 'If I Lose Myself' yang mirip dengan paduan antara OneRepublic dengan dewa lantai dansa David Guetta atau Avicii. Degup bass-drum EDM yang khas setelah reff dimainkan, lagu ini jadi alternative rock hybrid yang gemerlap. But, it still sounds good to me. Mengutip ungkapan anak muda zaman sekarang, "Pecah bro!"


'Feel Again', single pertama dari 'Native' sempat menjadi perbincangan di antara kritikus musik yang membandingkannya dengan lagu Florence + The Machine 'Dog Days Are Over', karena hand-clapping dan hook-hook pada vokal yang dianggap mirip. Perbandingan belum selesai sampai situ, karena bayangan folk-rock Mumford lagi-lagi hadir dalam track 'I Lived'. Sedangkan hentakan floor-tom pada 'What You Wanted' dan riff gitar dalam 'Light It Up' mengingatkan kita akan legenda asal Irlandia, U2.


Namun itu bukanlah sebuah kesalahan. Hal tersebut merupakan sebuah proses musikal yang tidak akan pernah lepas dari siapapun, tak terkecuali OneRepublic. Amati, tiru, modifikasi, hingga pada akhirnya tercipta sound signature-nya sendiri. Untuk merasakan signature itu, saya rekomendasikan 'Can’t Stop', yang menjadi judul favorit di album ini.


'Native' sekilas memang memabukkan pada awalnya, namun ternyata tidak sanggup mempertahankannya hingga track terakhir selesai dimainkan. Untuk para penggemar OneRepublic, 'Native' memang bukan album yang buruk. Anda mungkin tetap akan menyukainya. Tapi, untuk menyaingi 'Dreaming Out Loud' (2007) apalagi 'Apologize', sepertinya kita harus bersabar.


Rendy Tsu (@rendytsu) music director radio, album reviewer dan blogger yang mendedikasikan tulisannya untuk musik.


(mmu/mmu)