'RED 2': Aksi Lanjutan Para Agen Pensiunan

Jakarta - Ketika dirilis pada 2010, 'RED' menjadi sebuah blockbuster yang tak disangka-sangka. Dengan budget yang relatif kecil –hanya $ 58 juta– film tersebut berhasil meraih hampir $ 200 juta dari box office di seluruh dunia. Resep rahasianya? Para aktor veteran yang ternyata masih sanggup meledakkan barang-barang, komedi yang cukupan dan chemistry yang baik.

RED bahkan masuk nominasi Golden Globe 2011 di kategori Best Film Comedy/Musical. Tiga tahun setelah kesuksesan yang tidak disangka itu, Summit Entertainment dengan bangga merilis sekuelnya di tengah-tengah gempuran film-film berbiaya besar musim panas ini.


Frank (Bruce Willis) menemukan dirinya dalam sebuah hubungan yang dia pikir baik-baik saja. Tapi, ternyata pacarnya tidak berpikir demikian. Sarah (May-Louis Parker) merasa bahwa Frank menjadi lebih membosankan. Tidak ada lagi aksi yang menegangkan. Semuanya serba makan malam di rumah, hasil masakan Frank. Satu-satunya petualangan mereka adalah berbelanja di supermarket.


Seperti merasa dibutuhkan, mantan rekan kerja Frank yang sarap, Marvin (John Malkovich) muncul dan mencoba memperingatkannya atas bencana yang akan segera terjadi. Tidak lama setelah itu Frank segera menemukan dirinya dikejar-kejar oleh Jack (Neal McDonough) yang menuduhnya menjadi teroris nuklir.


Frank dan Marvin ternyata memang menjadi buruan semua orang. Sebuah dokumen pasca Perang Dingin muncul di internet dan membeberkan kisah tentang adanya senjata pembunuh massal. Victoria (Helen Mirren) pun diperintahkan untuk membunuh mereka berdua. Sementara itu, pembunuh bayaran termahal Han (Lee Byung-hun) juga disewa untuk mengakhiri Frank dan kawan-kawan. Satu-satunya cara untuk tetap selamat adalah mencari ke sumber masalah: Dr. Edward Bailey (Anthony Hopkins). Dan ternyata, memang tidak semudah itu untuk bertahan hidup jika Anda manula dan masih diburu oleh agen-agen rahasia.


Jon dan Erich Hoeber masih menulis skrip untuk 'RED 2' –diadaptasi dari komik terbitan Homage, imprint dari DC Comics– sementara kursi sutradara pindah dari Robert Schwentke ke tangan Dean Parisot. Berbeda dengan Schwentke yang belum pernah menyutradarai komedi dalam resume-nya (yang paling mendekati mungkin 'The Time Traveler’s Wife'), Parisot sudah berpengalaman membuat komedi yang cukup sukses dengan bintang Jim Carrey, 'Fun With Dick and Jane'.


Dengan track record tersebut Parisot seharusnya sanggup membuat 'RED 2' terasa lebih segar dibanding film yang pertama. Atau, paling tidak menyamai kualitas pendahulunya. Sayangnya, 'RED 2' tidak memiliki itu. Joke-joke-nya –yang bisa dibilang merupakan hal krusial karena "lucu" adalah daya tarik utama serial ini– hit and miss. Lebih banyak miss ketimbang hit-nya. John Malkovich dan Helen Mirren memang masih bisa diandalkan untuk menjadi scene stealer, tapi karena premise film ini merupakan sebuah ensemble, pada akhirnya membuat 'RED 2' terasa pincang.


Yang kedua –dan merupakan kebiasaan Hollywood dalam menangani sebuah sekuel– adalah keputusan untuk membuat 'RED 2' lebih bombastis daripada film sebelumnya. Lebih banyak adegan laga yang sengaja dibuat hiperbola, yang bukannya membuat jadi lucu namun malah menjadi tacky. Penambahan karakter Lee Byung-hun (bermain dalam kedua seri 'G.I. Joe') sebagai pembunuh bayaran super juga tidak membuat 'RED 2' lebih thrilling. Kalau boleh dibilang, Lee Byung-hun bahkan kurang nyambung dengan Bruce Willis dan kawan-kawan.


Pada Mei lalu, Summit memutuskan untuk memberikan green light pada 'RED 3'. Kalau boleh memberi saran, mungkin sebaiknya kembali ke resep awal dalam film pertama. Karena, jika mereka tetap meneruskan rumus yang-penting-bombastis seperti dalam 'RED 2', film selanjutnya pasti akan semakin tenggelam. Dan, melihat seluruh cast dan potensinya, itu adalah hal yang patut disayangkan.


Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.


(mmu/mmu)