'Wash The Sins Not Only The Face': Memasuki Kegelapan Esben and the Witch

Jakarta - Esben and the Witch adalah sebuah band gothic rock yang terbentuk pada tahun 2008. Mereka pernah merilis EP bartajuk '33' di tahun 2009, sebelum merilis album debut Violet Cries' pada Januari 2012. Yang mencuri perhatian saya pada saat itu adalah konsep musik mereka yang gelap dan membahana, dengan gaya nyanyian yang juga mencekam. Lagu dan videoklip 'Marching Song' membuat saya tergila-gila pada band ini. Distorsi gitar berlapis-lapis bergaung di telinga, menciptakan kenikmatan tersendiri.

Nama band ini diambil dari sebuah dongeng asal Denmark, dan mereka terdiri dari 3 orang personel. Ada Thomas Fisher pada gitar dan keyboard, Daniel Copeman pada gitar, dan Rachael Davies pada vokal.


Gitaris Daniel Copeman mengatakan bahwa mereka sudah tahu betul apa yang hendak mereka capai dalam album kedua ini. Maka dari itu dalam proses pengerjaannya, band asal Brighton, Inggris ini bekerja dengan lebih fokus dan lebih percaya diri.


Bukan hanya omongan belaka, album 'Wash The Sins Not Only The Face' ini memang terdengar lebih tegas dan lebih berani dalam hal aransemen musik. Secara keseluruhan, sound musik mereka pun terdengar lebih modern.


Yang berubah di sini adalah vokal Rachael Davies yang jauh terdengar lebih manis dibanding biasanya. Seperti mendengar gabungan antara manisnya karakter vokal Mazzy Star dan Eisley, namun dalam nuansa yang jauh lebih suram dan menggelegar.


Di album ini, band yang sedikit-banyak terpengaruh oleh aliran post-rock dengan nuansa gothic ini terdengar lebih gelap dan membabi buta, menciptakan suasana mencekam dan legam. Di tengah-tengah suasana mencekam, Anda dapat menemukan keindahan dalam vocal Rachael Davies dalam 'Deathwaltz' dengan aransemen musik mengawang seraya menyerukan, "...Resemblance of truth, resemblance of me/ Strikes as you go, death is smiling/ Keep your head on, collect your sound/ It’s all I can do to stand on myself...."


Saya suka 'Smashed to Pieces in the Still of the Night' dan 'Iceland Spar', di mana permainan gitar dengan teknik tremolo dengan efek mengawang mewarnai bagian intro. Nyanyian lirih Davies seperti biasa memberikan sentuhan feminin tersendiri. Lalu dentuman drum nan membahana terjalin baik dengan distorsi gitar di saat yang tepat sehingga tercipta klimaks yang sempurna.


Sementara 'The Fall of Glorieta Mountain' merupakan salah satu track dengan lirik paling rapuh dan terdengar menyayat, ditambah nyanyian lirih dengan kalimat, "Is that an answer or is this an echo?/ Are you the answer or are you an echo?/ I know that distance lends enchantment to the view/ But I know that I see you and I know you see me too...."


Jika Anda adalah penggemar band-band post-rock tapi membutuhkan sedikit sentuhan manis, cobalah simak album 'Wash the Sins Not Only the Face' dari Esben and the Witch ini. Pastikan volume terpasang kencang selama Anda mendengarkan album ini.


Yarra Aristi pernah bekerja sebagai wartawan musik di dua majalah musik terkenal. Kini penyiar dan music director di sebuah stasiun radio swasta terkenal di Jakarta.


(mmu/mmu)