Kado Tawa untuk Masyarakat Solo di Hari Film Nasional

Solo - Sebelum tayang di bioskop pada 11 April mendatang, film 'Finding Srimulat' akan terlebih dahulu menyambangi kota Solo untuk menggelar premiere di Ngarsopuro. Acara layar tancepan yang digelar secara gratis itu merupakan kado untuk masyarakat Solo di Hari Film Nasional yang diperingati tiap tanggal 30 Maret.

Terpilihnya Solo sebagai kota spesial untuk premiere film drama komedi itu bukan tanpa alasan. Menurut sutradara Charles Ghozali, ia banyak mendapat dukungan ketika melakukan syuting di kota kelahiran grup Srimulat itu.


"Itu yang membuat kami ingin memberikan kado tawa nonton gratis film Srimulat," ucapnya di rumah makan Omah Sinten, Hotel Butik, Jalan Diponegoro, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (30/3/2013).


Charles sendiri mengerjakan 'Finding Srimulat' selama tiga tahun di sejumlah lokasi di Solo seperti Stasiun Solo Balapan, Omah Sinten, Hotel D'Solo, Jalan Slamet Riyadi, Desa Pengging Boyolali dan Makam Bonoloyo yang merupakan makam Pak Teguh dan Ibu Srimulat. Selain itu, film yang juga dibintangi beberapa anggota asli Srimulat, Reza Rahadian dan Rianti Cartwright tersebut juga melakukan syuting di sejumlah kawasan di Jakarta.


Selain kado tawa untuk warga Solo, acara layar tancep itu juga digelar untuk memperingati Hari Film Nasional. Produser Hendrick Ghozali menaruh harapan film Indonesia kembali menjadi tuan rumah di negeri sendiri seperti era 80-an.


"Masih teringat saya di era 80-an, kualitas dan kuantitasnya berimbang, hampir semua genre terwakili, mulai dari drama, action dan misteri," ujar produser 'Buah Terlarang' (1979) itu.


Gelar kado tawa ini akan diawali dengan pawai pada Sabtu (30/3/2013) sore yang dimulai dari Omah Sinten, Jalan Slamet Riyadi, Jalan Warung Palem, Jalan Kapten Mulyadi, hingga berakhir di tempat semula. Diperkirakan ribuan warga Solo akan memadati lapangan Pamedan Pura Mangkunegaran Surakarta untuk nonton bareng 'Finding Srimulat'.


Untuk acara tersebut, Magma Entertainment selaku rumah produksi telah menyiapkan layar berukuran 8x3 meter yang didukung dengan sound system berkapasitas 40 ribu watt dan proyektor 30 ribu ansi lumens.


"Kami ingin agar warga yang menonon bisa menikmati kualitas gambar dan suara maksimal meskipun di ruangan terbuka," pungkas Charles.


(ich/kmb)