Dimensi 'Ruang Baru' Buatan 23 Perupa dari Tiga Kota

Jakarta - "Jadi semuanya ke Jakarta?" Sepi sejenak, dan aku tidak berani melihat wajah bapakku yang duduk di sebelahku. Sudah beberapa hari kutunda untuk pamitan, dan terpaksa hari ini harus diutarakan karena tiket kereta sudah di tangan untuk keberangkatan besok. Barangkali itu adalah obrolan terakhir antara diriku dengan bapak, beberapa hari kemudian bapak jatuh, tidak sadarkan diri selama dua hari dan berpulang ke Rahmatullah.




Sepenggal cerita dari putri bungsu novelis Nasjah Djamin, Laila Tifah itu membuka halaman awal katalog yang ditulis kurator Kuss Indarto dalam pameran 'Ruang Baru'. Laila menjadi salah satu dari 23 perupa tiga kota asal Jakarta, Yogyakarta, dan Bali yang dipamerkan di Galeri Nasional dari 20-30 November 2014 mendatang.

Dalam pembukaannya, Kuss mengatakan para seniman yang ikut berpameran mampu menciptakan 'Ruang Baru'. "Komunitas Doea Pintoe berupaya menemukan dan menciptakan 'Ruang Baru'. Dalam artinya kebaruan pandangan dan kreatifitasnya," katanya di Galnas, Kamis (20/11/2014) malam.


Komunitas ini merupakan kelompok seni rupa yang mempunyai keinginan bersama untuk memunculkan kesadaran saling memahami kelebihan dan kekurangannya di ruang kreatif. "Latar belakang seniman yang ikut berpameran ini bukan hanya seniman tapi ada juga yang pegawai PNS, pengajar honorer, karyawan swasta dan wiraswasta," tuturnya.


Proses berkesenian dan kasus yang dialami Laila juga terjadi pada seniman lainnya. Seniman Setyo Priyo Nugroho atau Yoyok yang juga pengajar di ISI Yogyakarta ini berpacu untuk lebih kreatif dan berusaha keluar dari kotak. Serta mencari kebaruan yang lebih kreatif.


Melalui wooden dummy selama dua tahun terakhir ia intens pada subjek yang bernama Mok Yan Jong, atau alat bantu untuk berlatih beladiri ala Tiongkok. Bentuknya seperti balok kayu setinggi 160-170 sentimeter dan dipopulerkan oleh Bruce Lee. "Saya datangi master Wing Chun di Hong Kong, saya lihat bagaimana cara pembuatannya sehingga dicontoh di berbagai perguruan beladiri di Yogyakarta dan kota lain," ucapnya saat tur media gallery, semalam.


Akhirnya, Yoyok menemukan kayu nangka kuning dan jati untuk pembuatan wooden dummy. Kisah pencarian 'Ruang Baru' juga terjadi terhadap para seniman lainnya. Seperti seniman Galuh Taji Malela dengan lukisan 'Menunggu'.



"Dalam lukisan ini, Galuh mentransformasi gambar hasil jepretan kamera ke dalam kanvas. Meski menggunakan cat air, karya Galuh bak memiliki roh yang kuat," ungkap Kuss.


Para seniman yang berpatisipasi memamerkan karyanya adalah Agus Iswahyudi, Agus TBR, Arief Eko Saputro, Ary Okta, Bambang Tri Atmojo, Dian Ardianto, Erik Karim, Galuh Taji Malela, Guruh Ramdani, Hayatuddin, I Wayan Agus Eka Cahyadi, Irpan Saripudin, Janu PU, KaNa, Laila Tifah, Nasya Patrini Rusdi, Putra Eko Prasetyo, Seno Andrianto, Setyo Priyo Nugroho, Soneo Santoso, Suparman, Tjokorda Bagus Wiratmaja, dan Tofan Muhammad.


Eksibisi ini digelar hingga akhir bulan di gedung C Galeri Nasional, Jakarta Pusat.


(tia/ron)