"Ketika saya mendapatkan sinopsis dan naskahnya, saya langsung mengetahui ceritanya lebih gelap dan kelam," ujar editor fiksi Gramedia Pustaka Utama Siska Yuanita dalam media gathering 'The Silkworm' di Jakarta, Kamis (2/10/2014).
Novel kedua JK Rowling dengan nama samaran Robert Galbraith kali ini menampilkan tokoh seorang novelis bernama Owen Quine yang misterius dan menyeramkan.
Menurut penulis Maman Suherman yang juga lulusan kriminologi Universitas Indonesia, lewat Comoran Strike, Galbraith berhasil menghadirkan tokoh detektif baru yang digandrungi masyarakat.
"Kita menyukai Conan Edogawa, Sherlock Holmes dan Hercule Poirot ciptaan Agatha Christie. Tapi Galbraith membuat karakter baru Strike yang kalau Anda baca buku keduanya bakal memuaskan," paparnya.
Tak hanya itu saja namun buku yang diberi judul 'Ulat Sutra' oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama ini juga menjelaskan bahwa Galbraith menguasai ilmu kriminologi. Maman membaca novel ini hingga tuntas dan menurutnya terdapat 20 mata pelajaran dalam buku ini.
"Awalnya ia menceritakan secara linier, hingga dari halaman 50 ke atas ada banyak cabang cerita," ungkap konsultan kreatif 'Indonesia Lawak Club' di Trans 7 ini.
Proses kreatif yang dibuat oleh Galbraith tersebut seperti tim forensik maupun pihak kepolisian. Ia juga mampu membuat jalinan cerita yang indah antara seks dan kekerasan.
"Teori pembunuhan yang ada di abad ke-19 juga digunakannya dalam mengungkap detil para tersangka. Padahal jelas-jelas setting-nya di era modern," kata Maman. Penasaran bagaimana kelanjutan cerita detektif Cormoran Strike dan Robin Ellacott?
(tia/mmu)