Namun dalam perbincangan para Punakawan belum tentu anak raja bisa menjadi raja karena tidak mudah untuk mendapatkan wahyu yang dibawa oleh Batara Cakraningrat. Ketiga satria itu harus bertapa agar Batara Cakraningrat dapat melihat dan memih satria mana yang pantas mendapatkan wahyunya.
Bagi sutradara pementasan sekaligus pendiri Wayang Bharata Kenthus Ampiranto, pertunjukan Wayang Jurnalis 'Wahyu Cakraningrat' ini berbeda dari kebiasaan paguyuban wayang orang lainnya.
"Untuk memudahkan para jurnalis yang main naskahnya ditulis dengan naskah bahasa Indonesia," ucapnya di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (2/9/2014) malam.
Sebagai penulis naskah adalah Undung Wiyono. "Para jurnalis yang ikut dan menyaksikan pementasan ini adalah para pecinta seni yang tidak semuanya bisa mempunyai latar belakang akting dan dasar tradisi. Dialognya pakai bahasa Indonesia sebagai pengantar, tembang, dan narasi," ungkapnya.
Para jurnalis ibukota yang terlibat di antaranya berasal dari Kompas, Media Indonesia, Bisnis Indonesia, Merdeka.com, Tembi Rumah Budaya, Majalah Femina, Dewi, Hai, Good Housekeeping, Esquire, dan Trans TV.
Pentas yang merupakan rangkaian dari perayaan ulangtahun Galeri Indonesia Kaya itu uga menghadirkan Indra Bekti sebagai dalang. Lakon 'Wahyu Cakraningrat' adalah cerita wayang klasik tentang wahyu keprabon atau wahyu keraton. Siapa yang mendapatkan wahyu ini dipastikan bisa menguasai dunia.
(tia/mmu)