Neruda meninggal dunia lebih dari 40 tahun yang lalu. Di tahun 2013, makamnya pernah digali untuk mencari bukti. "Ada bukti awal bahwa ia diracun. Jika benar diracuni, proses kriminalnya harus diusut," ucap Kepala Departemen Hak Asasi Manusia Francisco Ugas dilansir dari Guardian, Jumat (23/1/2015).
Bukti awal tersebut didapati dari kesaksian sopir yang mengatakan seorang agen Pinochet mengambil keuntungan dari penyakit penyair tersebut. Diduga agen itu menyuntikkan racun ke dalam perutnya saat terbaring di tempat tidur di klinik Santa Maria, Santiago.
Baca Juga: 'Mahabharata' versi Hiroshi Koike Bridge Project Naik ke Panggung Teater
"Mungkin ia diracuni karena Neruda adalah seorang komunis dan setia kepada Presiden yang sudah lengser Salvador Allende," kata Ugas.
Nantinya, pengujian forensik tetap dilakukan. Tim penyelidik akan fokus kepada pencarian logam anorganik di dalam tulang belulangnya. Serta pencarian jika ada kerusakan sel atau protein yang disebabkan bahan kimia.
Baca Juga: Hiroshi Koike Riset Pertunjukan 'Mahabharata' dari Buku
Sebelumnya, kata Ugas, di uji forensik pertama memang ditemukan sisa-sisa racun. Namun, bukti tersebut belum kuat.
Penyair asal Chili itu mencapai puncak kesuksesaan pada 1924 dari puisinya yang berjudul 'Twenty Love Poems' dan 'A Song of Despair' di usianya yang ke-19 tahun. Sepanjang hidupnya, Neruda aktif menulis dan menjadi aktivis politik. Di tahun 1971, Neruda meraih penghargaan Nobel bidang sastra.
(tia/mmu)